Bisa diliat di wattpad aku ya di sini nih Sasuhina...Matchmaking
Selesai makan, Hinata menyuruhnya bersiap-siap untuk bekerja. Dengan ogah-ogahan Sasuke menurutinya.
"Aku berangkat sekarang Hime." Sasuke mengecup Hinata dengan lembut.
"Hati-hati Sasu-kun." Hinata menunduk malu.
"Jangan pergi kemana-mana, termasuk ke cafetaria. Karena aku akan segera kembali lagi setelah meeting selesai." Sasuke mengecup lagi Hinata kemudian berangkat kerja.
.
.
Sasuhina - Matchmaking
.
Sore hari, Hinata menerima telepon dari Mikoto.
Selesai makan, Hinata menyuruhnya bersiap-siap untuk bekerja. Dengan ogah-ogahan Sasuke menurutinya.
"Aku berangkat sekarang Hime." Sasuke mengecup Hinata dengan lembut.
"Hati-hati Sasu-kun." Hinata menunduk malu.
"Jangan pergi kemana-mana, termasuk ke cafetaria. Karena aku akan segera kembali lagi setelah meeting selesai." Sasuke mengecup lagi Hinata kemudian berangkat kerja.
.
.
Sasuhina - Matchmaking
.
Sore hari, Hinata menerima telepon dari Mikoto.
"Hinata! Kamu di rumah?"
"Ia, kenapa Ma?" nada suara Mikoto yang berbeda membuat Hinata khawatir.
"Sasuke ada?" Mikoto tidak menjawab pertanyaan Hinata.
"Dia sedang bekerja Ma, ada apa?"
"Telepon dia, suruh dia pulang sekarang juga, mama sedang menuju ke rumahmu." Mikoto langsung menutup teleponnya.
Hinata khawatir, namun
Hinata menuruti permintaan Mikoto. Hinata menelepon kantor Sasuke tetapi
yang mengangkatnya Karin. Karin memberi tahu kalau Sasuke masih di
ruang meeting.
.
.
.
Setelah meeting selesai, Sasuke diberitahu Karin kalau Hinata menelepon. Sasuke segera menghubungi Hinata.
"Ada apa Hime?" Sasuke langsung to the point setelah mendengar teleponnya diangkat.
"Mama dalam perjalanan ke sini, mama menyuruhmu pulang, sepertinya ada hal penting yang akan dia bicarakan Sasu-kun."
"Aku pulang sekarang!" Sasuke mematikan teleponnya, dan langsung mengambil tasnya untuk pulang.
.
.
.
Di rumah, ternyata Mikoto sudah sampai. Suasana mencekam Sasuke rasakan ketika melihat mereka berkumpul, disana ada Hinata, Mikoto, Fugaku dan Sakura??
Sasuke melihat Hinata yang menunduk, terlihat air mata membasahi pipi manisnya.
"Ada apa Hime?" tanya Sasuke pada Hinata khawatir. Hinata hanya menunduk tidak menjawab pertanyaan Sasuke.
"Kamu lihat apa ini?" Mikoto memberikan sebuah kertas pada Sasuke. Sasuke menghela nafasnya begitu tahu inti persoalannya. Surat kontrak pernikahannya dengan Hinata kini berada di tangan Mamanya.
"Jadi selama ini kalian berpura-pura? Kalian membohongi Mama?" Mikoto berbicara dengan nada tinggi. Sasuke tau Sakura pasti mengacak-acak kamar Hinata, menemukan surat itu di lemari dan memberi tahukannya pada Mikoto.
"Hinata? Aku menyayangimu seperti anak sendiri, kenapa kamu tega membohongiku hanya karena sebuah rumah dan cafetaria?" Hinata makin menunduk tidak menjawab mendengar Mikoto berbicara.
"Ini salahku ma, aku yang menawarinya kont... "
"Ia kamu juga salah, kalian salah, tega-teganya membohongi mama." Mikoto menyela perkataan Sasuke dan mulai menangis. Fugaku hanya bisa mengusap-usap punggung Mikoto. Sakura tetap duduk dengan tenang. Sasuke bersumpah akan membuat Sakura menerima akibatnya.
"Kalian harus bercerai." kata Mikoto di tengah tangisannya.
"Nggak mungkin Ma, aku dan Hina... "
"Hinata, kamu bebas nak, semua ini sekarang menjadi milikmu." Mikoto menatap Hinata dengan pandangan terkhianati.
Disela isakannya, tiba-tiba Mikoto meremas dada kirinya dan merasakan sesak nafas, kemudian pingsan. Semua yang ada disitu sontak menjadi panik. Sasuke dengan cekatan melakukan pertolongan pertama pada serangan jantung dan menyuruh Hinata menelepon ambulan.
Setengah jam berikutnya mereka menunggu Mikoto di ruang operasi. Fugaku hanya duduk dibangku. Tubuhnya tegang, terlihat bahwa dia sangat cemas dengan kondisi istrinya.
"Sasuke, aku tida..." Sakura mencoba berbicara, terlihat jelas penyesalan di mukanya.
"Kamu aku pecat, sekarang pergi dan jangan menampakan wajahmu lagi!" bentak Sasuke tidak memandang Sakura, Sakura memandang Sasuke dengan rasa bersalah, tetapi Sakura menuruti Sasuke dan pergi sambil menangis.
Sasuke memeluk Hinata yang dari tadi tidak berhenti menangis.
"I- ini salahku Sa- Sasuke, ini salahku." Hinata terus menyalahkan dirinya.
"Ini bukan salahmu Hime." Sasuke mencoba menenangkan Hinata.
.
.
.
2 jam kemudian, Itachi keluar dari ruang operasi. Wajahnya terlihat lega. Setelah melihat Sasuke, dia langsung memukul pipi Sasuke dengan keras.
"Apa yang kau lakukan, Baka!" Sasuke hanya terdiam tanpa membalas. Ia tau ia berhak mendapatkan pukulan itu, semua salah dirinya. Itachi menarik nafas dan kembali berbicara menghadap Fugaku, kini suaranya lebih tenang. Fugaku tetap duduk tegang menanti kabar dari itachi.
"Mama baik-baik saja sekarang, tetapi dia masih belum siuman. Kami berhasil menambahkan klep di jantung sebelah kirinya yang bermasalah." akhirnya Fugaku sedikit merileks kan tubuhnya yang kaku.
"Boleh papa melihatnya Itachi?"
"Nanti pa, setelah dipindahkan ke ruang ICU. Dan jangan biarkan kedua orang ini masuk Pa." Itachi melirik tajam ke arah Hinata dan Sasuke bergantian kemudian kembali kedalam ruangan.
.
.
.
Sebulan setelahnya Hinata tetap tidak diperbolehkan menjenguk, hanya Sasuke yang diperbolehkan bertemu dengan Mikoto mulai hari ini. Hinata menunggu kabar dari Sasuke di rumah harap-harap cemas.
"Mama baik-baik saja, kini dia sudah siuman."
"Syukurlah," Hinata lega mendengar penuturan Sasuke di telepon.
"Aku akan segera kembali Hime."
.
Sesampainya di rumah, Hinata memeluk suaminya dengan sangat erat.
Sasuke tau Hinata sama khawatirnya dengannya karena Hinata sangat menyayangi Mikoto seperti mamanya sendiri.
"Sekarang kamu makan, dari kemarin belum ada makanan yang masuk ke perutmu, Hime. Aku sudah membawakan makanan." Sasuke mengajaknya makan, dia membeli beberapa makanan di luar karena Hinata tidak mau memasak.
"Aku tidak lapar Sasu-kun, kamu makan aja duluan." Hinata terlihat pucat dan lemah.
"Ayolah Hime, jangan membuatku tambah khawatir. Sudah cukup mama yang sakit, aku tidak ingin melihatmu sakit juga." Sasuke memaksanya makan dengan menyuapinya. Akhirnya Sasuke hanya berhasil memaksa Hinata memakan 3 suap nasi.
"Besok aku akan menjenguknya lagi, jadi berhentilah khawatir Hime."
"Boleh aku ikut? Aku ingin melihatnya langsung." Hinata memandangi Sasuke dengan puppy eyesnya. Akhirnya Sasuke menyetujuinya.
.
.
Keesokan harinya mereka berdua datang ke ruang inap. Mikoto sudah sadar, tetapi Mikoto tidak mau memandang Hinata dan Sasuke.
"Pergi kalian, jangan datang lagi!" bentak Mikoto, membuat Hinata kembali menangis dan keluar ruangan.
.
.
.
Hinata merasa sangat terpukul, Mikoto yang dia sayangi belum mau memaafkannya, kesalahannya memang sangat fatal sampai membuat Mikoto terkena serangan jantung. Mikoto menyuruhnya bercerai dengan Sasuke yang kini ia cintai sepenuh hatinya.
Hinata yang terus di dera rasa bersalah akhirnya memutuskan untuk pergi dari kehidupan Uchiha. Hinata tidak ingin Sasuke ikut disalahkan karena kesalahannya. Salahnya karena mau menandatangani kontrak itu dan membohongi Mikoto yang sudah seperti orang tuanya sendiri.
.
.
.
Tanpa Sasuke tau, seminggu sebelumnya Hinata telah meminta bantuan Gaara untuk membawanya tinggal di Suna.
Hinata tau semua ini
salahnya dan Hinata berniat meninggalkan Sasuke dan Mikoto yang ia
cintai keduanya. Karena dirinya dan kontrak itu lah, Mikoto mendapat
serangan jantung. Hal itu membuatnya terus menyalahkan dirinya sendiri.
Setelah Sasuke berangkat
kerja, Hinata segera membereskan pakaian yang akan dia bawa seperlunya.
Tidak lupa ia memasak masakan kesukaan Sasuke, dia juga meninggalkan
cincin pernikahan dan pemberian lain dari Sasuke di kasur kamarnya dulu.
Untuk kenangan, dia membawa kemeja yang terakhir dipakai Sasuke kemarin
yang sengaja tidak Hinata cuci agar tertinggal aroma Sasukenya.
Gaara menjemputnya siang hari setelah Hinata siap, mereka pun berangkat ke Suna.
.
.
.
Sasuke baru pulang dari
kerja. Hinata yang biasanya menyambutnya dengan senyuman malu,kini tak
ia lihat, membuatnya sedikit mengernyit heran. Di meja makan, makanan
kesukaan Sasuke telah menunggunya. Sasuke mencari Hinata adalah ke
seluruh ruangan di rumahnya namun Hinata tetap tidak ia temukan.
Sasuke mencari ke kamar
Hinata dan alangkah terkejutnya ia saat menemukan sebagian pakaian di
lemari Hinata telah kosong. Handphone Sasuke berbunyi, pesan dari
Hinata.
From : Hime
To : Sasuke
Subject : pergi
Sasu-kun, maaf aku meninggalkanmu dengan cara seperti ini, aku tau mama sangat membenciku dan menginginkan kita bercerai, jadi aku akan menuruti mama. Jangan mencariku aku akan selalu mencintaimu. Hinata.
To : Sasuke
Subject : pergi
Sasu-kun, maaf aku meninggalkanmu dengan cara seperti ini, aku tau mama sangat membenciku dan menginginkan kita bercerai, jadi aku akan menuruti mama. Jangan mencariku aku akan selalu mencintaimu. Hinata.
Sasuke mencoba menelepon
nomor Hinata, tetapi nomornya sudah tidak aktif. Sasuke melempar
handphonenya ke atas kasur Hinata sambil menggeram. Baru kali ini Sasuke
merasa sangat terpuruk dan putus asa karena kehilangan sosok yang ia
cintai. Sasuke terduduk di kasur sambil menutup mukanya dengan kedua
tangannya.
.
.
.
Di Suna, Gaara membantu
Hinata mencarikan tempat tinggal. Awalnya Gaara menawari Hinata untuk
tinggal di salah satu apartemennya yang ada di Suna, tetapi Hinata
menolak dan memilih tinggal di kosan kecil di pinggiran kota.
Gaara juga membantu
mencarikan pekerjaan yang tidak terlalu berat untuk Hinata. Hinata
sangat berterima kasih pada Gaara atas semua bantuan yang telah
diberikannya dengan tulus pada Hinata dengan cara memasakkan makanan
untuknya setiap makan malam.
Hal ini tentu
mengingatkannya pada Sasuke. Hinata sangat merindukannya, tetapi mungkin
ini yang terbaik bagi mereka berdua. Hinata hanya bisa memeluk kemeja
Sasuke yang ia bawa, menghirup aroma Sasuke dari kemeja itu dan
menganggap Sasukelah yang memeluknya seperti malam biasanya hingga ia
bisa terlelap tidur.
2 Minggu kemudian, Gaara seperti biasanya datang berkunjung untuk makan malam.
"Hinata, kali ini aku ingin mengajakmu makan malam di luar." ajak Gaara.
"Ke...kenapa Gaara-kun,
apa kamu bosan dengan masakanku?" Hinata kini memperhatikan dengan
seksama wajah tampan si setan merah itu. "Eh... Kenapa dengan wajahmu
itu Gaara-kun?"
Wajah Gaara yang tampan kini hampir penuh dengan lebam-lebam biru. Seperti habis dikeroyok oleh warga sekampung.
"Tidak apa Hinata,
jangan pedulikan wajahku sekarang. Aku hanya ingin mengajakmu keluar
mencari udara segar, siapa tau dengan makan di luar, porsi makanmu bisa
kembali lagi Hinata."
Semenjak kedatangannya
di Suna, Hinata menjadi sedikit pemurung, makannya pun menjadi lebih
sedikit dari biasanya, membuat Gaara khawatir karena Hinata terlihat
semakin kurus dan lebih lemah.
"Apa sudah di obati?
Biar aku obati sekarang Gaara-kun." Hinata yang khawatir akan bergegas
mengambil peralatan P3K miliknya tetapi urung karena Gaara menahan
tangannya.
"Tidak usah Hinata, bagaimana tentang usulanku ini?"
Sebenarnya Hinata ingin
menolak ajakan Gaara, toh dirinya tidak akan bisa makan dengan baik di
rumah atau pun di luar rumah. Tapi karena Hinata kasian dengan Gaara dan
wajahnya, Hinata pun mengiyakan.
.
.
.
Gaara membawanya
kesebuah restoran kecil di pinggir kota. Alangkah terkejutnya Hinata
sewaktu Gaara membimbingnya menuju meja yang telah berpenghuni, dan
Hinata sangat tahu siapa pemilik wajah tampan yang menduduki meja itu,
wajah tampan yang kini lebih kurus dan memiliki bulu-bulu halus di
bagian atas dan bawah bibir tipisnya.
Sasuke tengah
menunggunya di meja makan. Hinata langsung mengetahui alasan Gaara
menjadi babak belur seperti itu. Membuatnya makin kasian pada Gaara.
"Hinata, aku akan
meninggalkanmu dengan Sasuke, kalau ada apa-apa kamu bisa meneleponku.
Aku akan segera datang menjemputmu." kata Gaara, Gaara memandang tajam
pada Sasuke sebagai tanda jika Sasuke menyakiti Hinata, ia akan menerima
pembalasan dari Gaara.
Tatapan sebaliknya
dilakukan Sasuke pada Gaara, ia kini memandang dengan penuh rasa terima
kasih dan bersalah karena memukul Gaara tanpa ampun. Gaara pun
meninggalkan restaurant.
.
.
"Wajah tampan Gaara kamu apakan Sasu-kun?"
"Sekali lagi kau bilang
dia tampan, akan ku pastikan wajahnya akan lebih buruk dari ini Hinata!"
Sasuke mengatakannya dengan tajam dan sarat kecemburuan.
"Aku kasian padanya, dia sangat baik padaku Sasu-kun."
"Ia, dia sangat baik karena membawamu pergi meninggalkanku." Sasuke mendengus kesal.
"Aku yang meminta
bantuannya Sasuke, dia tidak bisa kamu salahkan. Dia malah selalu
membantuku disini." Hinata membela Gaara yang malang. Sasuke pun terdiam
mengakui sedikit kesalahannya.
"Kamu makin kurus Hinata." kata Sasuke sendu memandangi istrinya.
"Kamu juga Sasu-kun. Lebih tidak terurus, lihatlah jenggot dan kumismu yang mulai tumbuh."
"Istriku menghilang, aku
tidak sempat memikirkan diriku sendiri karena sibuk mencarinya." Sasuke
berbicara dengan suara sedikit serak.
Hinata ingin menangis mendengarnya.
"Ba- bagaimana dengan mamamu?" tanya Hinata, terlihat sekali masih mengkhawatirkan Mikoto.
"Dia semakin baik. Walaupun masih belum boleh bangun dari kasur." Hinata menghela nafas lega. "Dia memintamu kembali, Hinata."
"Apa dia sudah memaafkan kita?"
"Dia menyuruh kita
bercerai..." kata Sasuke dingin, membuat Hinata bagai tertusuk pisau.
"Kalau hubungan kita masih seperti dulu. Tanpa Cinta." Sasuke
menambahkan. Hinata terdiam.
"Tapi sekarang sudah
berbeda, dan telah kukatakan sebelumnya, kesempatanmu sudah kau buang,
kamu tidak bisa lari lagi dariku Hime." kata-kata Sasuke barusan membuat
Hinata kembali berbunga. Kini wajah Hinata memerah dan tersenyum. Namun
percakapan mereka terhenti ketika seorang pelayan menawari mereka menu.
.
Sasuke memesan
makanannya, tetapi Hinata hanya memesan jus tomat dan tiramisu. Sasuke
heran karena biasanya Hinata banyak memilih makanan. Tapi Sasuke menahan
bertanya sampai pelayan itu pergi.
"Kenapa makanmu cuma sedikit Hime?"
"Itu karena anakmu tidak
mengijinkanku makan banyak Sasu-kun." Hinata berpura-pura cemberut.
Sasuke diam sebentar untuk mencerna kata-kata Hinata.
"Anak? Siapa? Kamu?
Hamil? Aku? Papa?" Sasuke berbicara tidak jelas, dia jelas2 kaget,
hilang semua wajah stoicnya, yang ada sekarang wajah bahagia yang sangat
terlihat. Hinata tertawa melihat ekspresi Sasuke.
"Ia, semoga masalah makanannya nanti tidak serewel kamu nanti. " kata Hinata sambil tersenyum.
"Apa si setan merah itu mengetahuinya?"
"Kamu yang pertama
kuberitahu Sasuke, aku belum memberitahu siapapun." Hinata mengangkat
tangannya dan mengelus pipi Sasuke dengan penuh sayang. Sasuke meletakan
tangannya di atas tangan Hinata, meresapi kehangatan tangan kecil
Hinata di pipinya.
Sasuke ingin langsung
memeluk hinata dengan erat, tapi dia sadar dirinya dan Hinata dihalangi
meja makan, Sasuke terdiam menunduk sambil bergetar, wajahnya terlihat
bahagia, Hinata bersumpah akan mengingat wajah Sasuke yang baru kali ini
ia liat selama menikah.
Sasuke telah mencari
semua informasi tentang keberadaan Hinata dan siapa yang membantunya
kabur, beruntung karena perusahaannya juga ada yang bergerak di bidang
komunikasi, sehingga ia bisa dengan mudah melacak percakapan dan pesan
Hinata dan Gaara terakhir.
Setelah Sasuke puas menonjok Gaara habis2an, Gaara pun akhirnya mau menolongnya untuk bertemu dengan Hinatanya.
.
.
.
Sasuke akhirnya setuju
untuk menginap sehari di kosan Hinata setelah sebelumnya berdebat dengan
Hinata untuk segera membawanya kembali ke rumah.
Apalagi dengan anak yang
dikandung Hinata, Sasuke akan lebih overprotektif lagi pada istrinya.
Tetapi Hinata terus bersikeras untuk beristirahat di sini kali ini
dengan alasan sudah larut malam.
Pagi harinya mereka
berangkat kembali ke Konoha, Hinata memaksa Sasuke untuk langsung
bertemu dengan Mikoto. Izumi dan Kazuma menemani Mikoto di ruangan VVIP
nya.
"Ma, Hinata pulang."
Hinata mulai menangis terisak sambil merangkul lembut Mikoto penuh
kerinduan. Mikoto yang asalnya masih kesal akhirnya luluh.
"Ia sayang," Mikoto merangkul Hinata dengan lembut. "Mama kangen sama kamu Hinata."
"Hinata juga Ma, maafin Hinata ya Ma." kata Hinata sambil sesegukan. Mikoto mengangguk sambil tersenyum.
"Tapi kamu harus bakar surat itu, Mama gak mau ngeliat kertas itu lagi!" Hinata mengangguk dengan cepat sambil tersenyum.
Sasuke yang sudah menyalami Izumi menoleh kepada Hinata.
"Hime, beri tahukan
kabar gembira itu, siapa tau mama akan cepat membaik mendengarnya!"
perintah Sasuke lembut. Hinata menunduk malu, wajahnya kini memerah.
"Kabar apa sayang?" tanya Mikoto penasaran.
"Hi- Hinata hamil ma,
baru 5-6 mingguan." Hinata masih menunduk malu. Mikoto langsung memeluk
kembali Hinata sambil tersenyum bahagia. Sasuke ikut menghampiri Hinata
dan Mikoto, merangkul Hinata dan mengusap kepalanya dengan penuh sayang.
"Asik, Ma. Kazuma mau
punya adik bayu!" Kazuma yang mendengarkan ikut bersorak diikuti tawa
kebahagiaan dari semua yang berada di ruangan itu.
.
.
.
Extra Part
.
Sasuke berkemas dengan sangat cepat.
"Karin, hubungi klien. Bilang pada mereka meeting di undur seminggu ke depan."
"Tapi pak, salah satu kli..." karin berhenti berbicara karena Sasuke sudah memasuki Lift.
Sasuke berlari ke tempat mobilnya terparkir. Dengan secepat kilat, Sasuke pergi ke rumah sakit milik Itachi.
Setelah sampai, Sasuke segera keluar dan mencari ruangan bersalin. Disana Mikoto, Izumi dan Fugaku sudah menunggu.
"Tuan Sasuke?" Seorang perawat bertanya kepada mereka. Sasuke berjalan mendekati perawat tersebut.
"Ia, saya Sasuke."
"Istri anda sudah menunggu anda di dalam, sekarang sudah hampir pembukaan 10. Silakan masuk."
Rumah sakit itu mengijinkan suami pasien menemani proses persalinan istrinya.
Sasuke dengan langkah gugup memasuki ruangan tersebut bersama perawat tadi.
Dua jam berikutnya,
Sasuke dengan wajah haru keluar dari ruangan bersalin sambil menggendong
seorang bayi laki-laki yang tengah tertidur pulas.
"Bagaimana keadaan Hinata?" tanya Mikoto sambil mengambil alih bayi dari tangan Sasuke.
"Dia baik-baik saja ma, dia akan segera dipindahkan ke ruang inap."
Izumi yang sedang menggendong kazuma mendekati Mikoto dan Sasuke.
"Bayinya tampan Sasuke, sudah kamu siapkan nama untuknya?" tanya Izumi.
"Sudah kak, akan kuberi dia nama Uchiha Yukine." katanya bangga. "Oh ia, dimana baka itachi?"
"Dia sedang ada operasi, katanya dia akan menyusul kemari segera."
"Pa, lihatlah! Cucu kita
sangat mirip dengan Sasuke saat dia masih bayi." kata Mikoto
membandingkan wajah Sasuke dan Yukine sambil tersenyum.
Fugaku hanya tersenyum sambil mengalengkan tangannya di bahu Mikoto. Yukine masih tertidur pulas dalam pelukan neneknya.
Hinata dibawa keluar dari ruangan bersalin untuk dipindahkan ke ruang rawat inap.
Sasuke pamit untuk menemani Hinata. Tetapi Mikoto dan keluarga mengikutinya dari belakang.
Sasuke pamit untuk menemani Hinata. Tetapi Mikoto dan keluarga mengikutinya dari belakang.
Hinata terlihat kelelahan, Sasuke mengecup keningnya.
"Ma, boleh kulihat bayiku sekarang?"
Mikoto segera memberikan
Yukine kepada mamanya. Wajah lelah Hinata berganti menjadi kebahagiaan
yang tak terkira melihat buah hatinya yang tengah tertidur di
pelukannya.
"Terima Kasih Hime, kau
telah memberikan hadiah yang tak terkira untukku." Sasuke kembali
mengecup kening Hinata dan Yukine bergantian.
"Mama tau tidak? Tadi
dokter yang mengurusi persalinanku hampir di pukuli loh oleh Sasuke."
kata Hinata sambil tersenyum. Mikoto dan Izumi yang mendengarkan jadi
tertawa.
"Hime, diamlah! Itu kan karena mereka terlalu lama membiarkanmu kesakitan. Aku tidak tega melihatnya!"
"Sasuke! Kamu harus mengurangi kekasaranmu, kamu harus lebih tenang!" kata Fugaku menegur sifat jelek anaknya.
"Dulu juga kamu seperti
itu sayang, malah kita terpaksa mengganti dokter lain karena dokter yang
mengurusi kelahiran itachi pingsan setelah kamu pukuli." Mikoto
tersenyum pada suaminya. Semua yang ada disana tertawa cekikikan
mendengar penuturan Mikoto.
Setelah mengobrol cukup
lama, akhirnya Mikoto menyuruh Izumi, Fugaku, Kazuma untuk meninggalkan
keluarga baru itu. Menyuruh Hinata tidur karena dia pasti sangat
kelelahan. Sasuke menemani istrinya. Dan Yukine dia simpan di box bayi
sebelah ranjang Hinata.
Sasuke kembali mengecup kening Hinata.
"Aku mencintaimu Hime."
Kata-kata Sasuke sukses membuat Hinata mengeluarkan air mata kebahagiaannya. "Aku juga mencintaimu Sasu-kun."
Sasuke dan Hinata menjadi pasangan paling bahagia saat ini. Dan Yukine membawa warna baru di kehidupan mereka selanjutnya.
.
.
.
Sasuhina... Matchmaking
The End
The End