Selasa, 10 April 2018

SasuHina - Serendipity

Bisa di baca di wattpad aku di sini

SasuHina...Serendipity


.

.

Masih tergambar dengan jelas di benak Hinata saat Naruto melingkarkan sebuah cincin putih berhiaskan permata putih di jari manis Hinata, disaksikan oleh kedua keluarga sebagai tanda ikatan manis bernama pertunangan sedang berlangsung secara sederhana di rumah kediamannya.

Saat itu beragam ekspresi kebahagiaan terpancar jelas di wajah kedua ingsan yang tengah dimabuk kasih. Tak hentinya mereka memasang senyum merekah selama proses itu berlangsung dengan khidmat dan romantis.

Namun saat Hinata kembali ke realita yang sekarang, senyumannya lenyap tergantikan air mata yang mengalir di pipinya sebagai tanda kandasnya perjalanan cinta antara Hinata dengan Naruto di tengah jalan.

.

Sudah seminggu sejak Naruto memilih mengakhiri hubungan mereka karena alasan yang bisa dikatakan sepele. Padahal tinggal 3 bulan lagi acara pernikahan mereka akan diadakan.

Diusapnya air mata kesedihan itu, biasanya saat kesedihan melanda hatinya, Hinata akan memetik gitar tua berwarna putih kesayangannya sambil bersenandung kecil. Gitar itu sangat berharga bagi Hinata karena merupakan hadiah ulang tahun dari almarhum kakaknya, Neji.

Sayangnya gitar itu kini berada di rumah mantan tunangannya Naruto. Kini ia merindukan gitar tuanya.

Ditengah pergerumulan hatinya, Hinata membulatkan tekadnya untuk menahan malu dan berkunjung ke rumah Naruto untuk meminta gitarnya kembali.

.

.

.

Hinata kembali menyusuri jalan yang sudah dua minggu terakhir ini tidak ditapakinya. Dia sudah hafal betul rute jalan ini. Setelah sampai dikediaman Naruto, ragu-ragu Hinata mengetuk pintu rumah itu.

"E- eh, Hinata-chan, sudah lama sekali ya kita tidak bertemu." kata Kushina tergagap begitu melihat seseorang yang ada di depan pintu.

"A- ano Okaa- emm... Oba-san, apa Naruto-kun ano maksudku Naruto-san ada?" tanya Hinata berbelit karena tidak biasa dengan panggilan barunya.

"Em, mm, di- dia sedang perg-" belum sempat Kushina mengatakan pergi, Naruto keluar dari kamarnya bersama seorang wanita yang tidak asing bagi Hinata.

Wanita itu adalah Sakura, wanita yang menurut Naruto adalah sahabat terdekatnya. Namun terlihat dari tatapan mereka terhadap satu sama lain, ada perbedaan mencolok yang membuat Hinata mengerti kalau status mereka kini bukan hanya sekedar sahabat lagi.

Hanya seminggu setelah perpisahannya dengan Hinata dan kini Naruto dengan cepat memiliki pengganti dirinya. Hebat!

.

"Okaa-san, siapa yang data-" Naruto terkejut melihat kedatangan Hinata.

"A- ano, aku kemari hanya untuk mengambil gitarku." kata Hinata segera menjelaskan maksud kunjungannya. Ia tidak ingin mereka mengira jika Hinata masih menyukai Naruto, walau sebenarnya dilubuk hatinya masih tersimpan rasa itu.

"Gitar? Aku tidak melihat ada gitar di kamarmu tadi." kata Sakura dengan angkuhnya merangkul lengan Naruto, seperti tidak ingin Narutonya kembali pada Hinata.

"Sayang sekali, gitar jelek, usang dan semua barang-barangmu sudah kubuang!" kata Naruto sama angkuhnya. Hinata membelalakan matanya tidak percaya.

"Ta- tapi kau kan tau kalau gitar itu -"

"Ia aku tau, itu gitar kesayanganmu, pemberian kakakmu neji yang sudah mati kan? Tapi sekarang, gitar itu sudah tidak berarti apa-apa bagiku!"

Hinata menahan airmatanya tidak percaya kalau Naruto begitu tega membuang barang kesayangannya. Ia menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.

"Setidaknya tolong beritahu, dimana kau membuangnya, Naruto-san!"

Naruto berpikir sebentar, tersirat rasa kasihan diwajahnya melihat Hinata, karena biar bagaimana pun wanita itu pernah hinggap di hatinya. "Barang-barang pemberianmu memang sudah kubuang, tapi gitar itu kujual ke toko barang bekas A."

Mendengar pengakuan Naruto, semangat Hinata kembali. Dengan penuh senyum ia menundukkan kepalanya kepada Naruto. "Arigatou Naruto-san, tolong berikan salamku pada Oba-san Kushina dan Oji-san Minato."

Tanpa menunggu balasan Naruto, Hinata segera berlari menuju toko yang diberitahu Naruto tadi.

.

.

"Gitar tua berwarna putih? Sebentar biar kuingat dulu!" kata penjual wanita itu begitu Hinata menanyakan tentang gitarnya. Hinata menunggu dengan tidak sabar.

"Oh iya aku ingat! Barang itu ternyata bernilai sangat tinggi. Seseorang berwajah tampan sudah menawarnya dengan harga tinggi." kata wanita itu dengan mata yang berbinar-binar mengingat si pembeli gitar.

"Ano, bisakah kau memberitahuku ciri-ciri orang yang membelinya? Kumohon!"

"Orang itu berwajah tampan, rambut dan matanya hitam kelam, suaranya indah, perawakannya tegap dan gagah, seperti seorang model. Dia membuat wanita berkerubun di depan toko karena ketampanannya. Dia sepertinya mengerti ten..." penjual itu terus bercerita bagaimana terpesonanya ia pada pria itu, tapi Hinata sama sekali tidak tertarik, yang ia inginkan adalah segera bertemu dengan gitar kesayangannya.

"A- ano, bisakah kau memberitahu alamat atau kontak pribadinya? Aku sangat menginginkan gitar itu kembali." kata Hinata memotong cerita penjual. Si penjual mengerucutkan bibirnya tidak suka jika cerita indahnya dipotong, namun dengan sangat terpaksa ia membuka buku penjualan barang dan menyalin sesuatu di dalam bukunya ke secarik kertas lalu memberikan kertas itu pada Hinata.

"Ini kontak dan namanya!" katanya ketus lalu berjalan meninggalkan Hinata sambil menghentak-hentakkan kaki masuk ke dalam sebuah pintu yang Hinata yakini sebagai kediamannya.

Hinata yang belum sempat mengucapkan terimakasih memandang kepergian penjual itu lalu berjalan keluar toko dengan penuh kegirangan.

.

Tanpa menunggu lama, segera diteleponnya kontak yang diberikan si penjual tadi, setelah menunggu cukup lama barulah teleponnya tersambung.

"Siapa?" kata orang itu tanpa basa-basi dan ketus.

"A- ano, apa benar saya bicara dengan Sasuke-san?"

"Hm," gumamnya.

"A- aku Hyuuga Hinata. Apa benar kalau Anda membeli gitar tua di toko barang bekas A?"

"Hm, kenapa?"

"A- ano, bisakah kita bertemu? Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan mengenai gitar tersebut."

Setelah menunggu cukup lama, pria di seberang telepon itu akhirnya bicara. "Baiklah, kutunggu kau di cafe A." katanya langsung mematikan teleponnya sepihak.

Hinata kembali tersenyum senang, lalu berlari sekuat tenaganya menuju ke cafe yang tadi ditunjuk.

.

.

Sesampainya disana, Hinata mencari-cari dimana pria tadi. Hinata lupa, dia tidak bertanya secara rinci dimana detailnya mereka bertemu. Hinata mencoba mengingat kembali ciri-ciri orang itu dari penjual toko barang bekas. Tapi hal itu sama sekali tidak dapat membantunya.

Cafe itu tampaknya cukup ramai, sepertinya ada event yang sebentar lagi akan dimulai. Membuatnya semakin kesulitan mencari pria yang bernama Sasuke.

Dicobanya kembali menghubungi nomor tadi berkali-kali, namun tidak juga tersambung. Hinata menghembuskan nafasnya pasrah dan hendak kembali pulang, mungkin ia bisa menghubunginya lagi nanti.

Baru saja Hinata melangkah pulang, terjangan orang-orang mendorongnya membuat Hinata terseret dan terbawa tepat ke sisi samping stage. Rupanya di cafe ini terdapat live music yang cukup terkenal, hal itu bisa dilihat dari berapa banyaknya penonton yang mulai memenuhi seluruh sisi panggung.

Beberapa orang keluar dari balik kerumunan menuju ke stage. Seketika teriakan orang-orang menggila memanggil sebuah nama yang Hinata kira adalah nama sebuah Band. Band Akatsuki.

Hinata melirik satu persatu personil band yang keluar. Lalu matanya tertuju pada salah satu personil yang membawa sebuah gitar akustik. Gitar itu sudah tidak asing lagi bagi dirinya. Gitar itu adalah gitar yang sama dengan pemberian almarhum Neji, kakaknya.

Teringat olehnya ciri-ciri orang yang disebutkan penjual tadi, dan semua itu terasa benar sekarang. Hinata yakin kalau orang yang membawa gitar itu pasti Sasuke.

Sasuke menatap kesegala penjuru dan matanya kini berhenti tepat pada Hinata, mereka saling bertatapan cukup lama sebelum Sasuke kembali mengedarkan pandangannya ke pengunjung lain tanpa tersenyum.

Namun dari gelagatnya, Hinata yakin kalau Sasuke mengerti bahwa Hinata lah orang yang meneleponnya barusan.

"Kyaaa, Sasuke, lihat kemari!"

"Kyaaa, Deidara!"

"Sasori, kau sangat tampan!"

"Sasuke aku menyukaimu!"

Teriakan gadis-gadis muda terus terdengar sampai sang vokalis mulai menyapa dan memperkenalkan diri dan seluruh anggota Band Akatsuki tersebut.

Aksi panggung mereka sangat mengagumkan, banyak orang yang memuja sang gitaris yang ternyata lebih tampan dan piawai daripada sang vokalisnya. Belum lagi Sasuke seorang diri memainkan finger style dari lagu mereka dengan gitar milik Hinata di depan panggung.

Para wanita terus berteriak mengelu-elukan namanya setelah Sasuke selesai memainkan lagu itu. Hinata tidak berkedip sedikitpun melihat aksi Sasuke di depan panggung, terlebih lagi gitar yang digunakan adalah gitar miliknya. Hal itu membuat Hinata sedikit bangga dan senang,  jantungnya terus berdegup kencang setiap kali Sasuke memetikkan senar gitar itu. Baru kali ini ia merasa gitar usang miliknya ternyata dapat menghasilkan suara yang merdu dan jernih.

.

.

.

Setelah memainkan sejumlah lagu, di akhir pentas mereka, Sasuke kembali menatap Hinata, seolah berkata 'aku menunggumu dibelakang panggung!'.

Hinata langsung mengangguk mengerti. Mereka pun akhirnya mengucapkan perpisahan pada para pengunjung dan kembali ke backstage.

Hinata segera berlari menuju backstage, disana berdiri seorang penjaga pintu yang terlihat garang.

"A- ano, bisakah aku bertemu dengan Sasuke-san?"

"Tidak, mereka sedang sibuk! Pergilah!" kata penjaga itu dingin.

Hinata mengerti, mungkin dirinya seperti seorang penggemar fanatik yang mencoba menerobos hanya untuk bertemu sang idola.

"Saya sudah membuat janji dengannya, tolong biarkan saya masuk!"

"Sudah kubilang, mereka sedang sibuk! Tidak ada seorang pun yang diperkenankan masuk ke dalam!" kata penjaga itu tampak kesal.

"Onegai, saya tidak akan mengganggu yang lain saya berjanji! Saya hanya ingin bertemu dengan Sasuke!" Hinata tetap memohon. Namun penjaga itu sepertinya kehilangan kesabaran dan mencoba menarik Hinata keluar cafe, Hinata berusaha tetap berdiri di posisinya tidak ingin keluar.

"Ayo keluar!" kata penjaga itu memaksa. Acara tarik menarik pun terjadi, disaat Hinata sudah tidak kuat lagi, sebuah tangan menggenggam lengannya dan lengan si penjaga. Seketika Hinata dan penjaga itu terdiam, melihat yang memegang mereka adalah Sasuke sendiri.

"Lepaskan dia! Dia tamuku!" kata Sasuke tajam, penjaga itu langsung melepaskan tangannya dari Hinata dan menunduk meminta maaf. Hinata merapikan kausnya yang ikut tertarik tadi.

"Maafkan saya, saya mengira dia adalah fans berat Anda, saya tidak tau kalau gadis ini adalah tamu Anda!"

Sasuke tidak menjawab maaf si penjaga. Dia menarik tangan Hinata menuju kedalam ruangan yang tadi dijaga. Hinata dibawa kesebuah ruangan yang hanya terdiri dari dua buah sofa saling berhadapan dan gitar yang seharian ini sudah dicarinya.

"Gitarku!" kata Hinata langsung memeluk benda kesayangannya itu.

Air mata tumpah di pipinya. Setelah beberapa detik berlalu, Hinata sadar bahwa pemilik aslinya sekarang ada dihadapannya, menatapnya dengan pandangan tidak terbaca. Hinata segera duduk tegak kembali dengan wajah malu-malunya menghadap Sasuke.

Setelah sekian lama Sasuke menahan senyum akhirnya Sasuke tertawa melihat tingkah Hinata yang menurutnya lucu. Hinata semakin menunduk malu ditertawakan Sasuke, wajahnya kini menjadi merah padam. Namun, aura dingin yang dirasakannya sejak pertama kali melihat Sasuke di atas panggung tadi, kini lenyap melihat senyuman kecil di wajah Sasuke.

"Go- gomen," kata Hinata sambil menunduk tidak berani menatap wajah Sasuke. Sasuke kembali memasang wajah datarnya.

"Tidak apa."

Sebuah ketukan mengganggu pembicaraan itu. Tanpa menunggu ijin Sasuke, pintu itu terbuka. Hinata mengingat orang itu sebagai vokalis band tadi.

"Disini kau rupanya? Bersama seorang gadis?! Aneh sekali!" kata Vokalis itu dengan senyuman jahilnya. Hinata sudah lupa dengan semua nama personil band itu, kecuali Sasuke tentu saja.

"Pergilah bodoh! Aku sedang berbicara serius dengannya!" kata Sasuke yang menurut Hinata sangat kejam pada temannya sendiri.

"Eeh, aku tidak boleh bergabung? Kau sungguh jahat Sasuke, tidak biasanya kau mengobrol dengan wanita berduaan saja. Biasanya kau selalu memberikan wanita-wanita itu padaku!" si Vokalis bukannya pergi mendengar pengusiran kasar Sasuke, ia malah semakin mendekat pada Hinata dan merangkul pundaknya.

"Jauhkan tangan kotormu darinya! Atau kupastikan kau tidak akan bisa bernyanyi lagi karena kugunting pita suaramu!" ucapannya seperti candaan biasa, namun tidak ada senyuman sedikitpun di wajah Sasuke. Hinata bergidik ngeri mendengarnya.

"Kau benar-benar tidak asik Sasuke!" kata Vokalis itu lalu melenggangkan kaki keluar ruangan. Mendapati dirinya berdua lagi dengan Sasuke membuat bulu kuduk Hinata berdiri. Ini pertama kalinya Hinata mendengar ancaman sesadis itu.

"Jadi apa yang membuatmu kemari?" kata Sasuke kembali tenang.

Dengan suara pelan, Hinata menceritakan semua yang dialaminya pada Sasuke. Mulai dari asal mula gitar itu sampai ditangannya, sampai pertemuannya tadi dengan Sasuke. Namun Hinata tidak sampai menceritakan bagaimana kekecewaannya saat melihat Naruto bersama Sakura tadi. Tentu saja!

"Jadi begitu!"

"H- hm. Jika boleh aku ingin membeli gitar itu kembali."

"Sayang sekali, aku sama sekali tidak berniat untuk menjualnya kembali. Aku sudah membayarnya 10x lipat dari harga awal. Dan sekarang gitar itu adalah milikku!" kata Sasuke dengan nada tajam. Hinata meneguk ludahnya ketakutan, ia tidak ingin di ancam dengan sadis seperti pada temannya tadi, namun Hinata sama sekali tidak memiliki pilihan lain selain tetap mencoba.

"A- aku akan membayarnya lebih banyak, jadi kumohon. Gitar itu sangat berarti bagiku!" Hinata menempelkan kedua telapak tangannya.

"Tapi gitar itu sekarang milikku, harta berhargaku. Aku tidak akan menjualnya walau kau membayar 10x lebih besar dariku." Sasuke melipat kedua tangannya di dada.

"Kumohon!" Hinata memelas semampunya.

"Tidak!" jawabnya singkat. Hinata menghela nafasnya pasrah, ia sudah tidak tau lagi akan berkata apa.

Dengan bahu yang merosot, Hinata menundukkan kepalanya pamit pada Sasuke dan berjalan menuju pintu dengan lesu.

"Aku akan memberikannya padamu secara cuma-cuma." kata Sasuke, membuat Hinata terdiam sebentar dan berbalik penuh semangat.

"Dengan satu syarat!"

"Aku akan memenuhi semua syaratmu Sasuke-san!" kata Hinata dengan wajah berbinar penuh harap.

"Kau harus menemaniku kemanapun aku pentas selama setahun penuh. Dan tugasmu mengusir semua wanita menyebalkan yang datang mendekatiku!"

Hinata membelalakan matanya tidak percaya, setahun penuh bukanlah waktu yang sebentar, bagaimana dengan pekerjaannya? tapi di sisi lain Hinata juga tidak mau kehilangan gitar kesayangannya itu.

"Tenang saja, kau tidak harus ikut jika bekerja! Aku hanya memintamu ikut saat waktu senggang saja. Dan aku akan membayarmu."

Hinata menutup matanya sambil berpikir keras. Setelah membulatkan tekad, Hinata menarik nafas panjang dan menatap Sasuke mantap.

"Baiklah! Tapi perlu kau tau, aku sama sekali tidak membutuhkan uangmu, aku hanya ingin gitar itu kembali."

Hinata mengulurkan tangannya mantap untuk berjabat tangan, Sasuke membalas tangan Hinata dengan kesepakatan baru yang telah terjalin.

.

.

.

Tiga tahun kemudian...

Suara hingar bingar dan aksi sebuah band yang sedang dalam puncak kejayaannya memenuhi seluruh penjuru ruangan sebuah cafe. Hinata  asik memakan frend fries di sudut ruangan sambil menghirup sedikit demi sedikit susu coklat yang tersaji di mejanya, ketika dirinya dihampiri oleh seseorang.

"Hinata!"

"Naruto-san? Sashiburri!" kata Hinata sambil tersenyum manis, Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu disini."

"Iya, kebetulan sekali ya!" Kata Hinata sambil tetap tersenyum manis.

"Kau duduk sendirian?"

Hinata kembali tersenyum sambil mengangguk. Naruto tersenyum melihat jawaban Hinata.

"Boleh aku menemanimu disini?"

"Tentu saja!"

Hinata mempersilakan Naruto duduk di seberang meja. Posisi Naruto membelakangi panggung, sedangkan Hinata kembali menatap aksi band tersebut sambil menggerak-gerakan jarinya menikmati setiap hentakan lagu.

"Aku tidak tau kalau kau suka ke tempat seperti ini."

"Aku tidak begitu suka dengan tempat ini, tapi aku menikmati musik dari band yang bermain disana." Band itu terus memainkan musiknya dengan indah. Semua pengunjung tampak menikmati permainan musik mereka.

"Band itu? Maksudmu Akatsuki? Mereka memang sedang naik daun. Kurasa saat ini, tidak ada yang tidak mengenal mereka!"

"Begitulah! Karena permainan musik mereka sangat indah, kau bisa menyebutku sebagai pengagum berat mereka!"

"Oh, aku jadi teringat gitar kesayanganmu itu. Aku belum sempat meminta maaf karena sudah menjual gitarmu." Kata Naruto merasa bersalah. "Maafkan aku Hinata."

"Tidak apa, aku berhasil mendapatkannya kembali, dan juga sudah sejak lama aku memaafkanmu Naruto-san." Hinata tersenyum dengan tulus.

"Kau tidak marah padaku lagi?"

Hinata menggeleng pelan lalu mencomot frend friesnya lagi.

"Syukurlah!" Naruto menghela nafasnya lega. "Okaa-san dan Otou-san selalu menanyakan kabarmu. Mereka sepertinya merindukanmu."

"Benarkah? Tolong berikan salam hangatku untuk mereka."

"Hm," Naruto tampak ragu-ragu untuk melanjutkan perkataannya, "aku juga merindukanmu Hinata."

Hinata sedikit membelalak, terkejut dengan ucapan Naruto.

"Kau tau, aku sudah tidak bersama Sakura lagi. Aku sadar kalau selama ini hanya kamu lah yang paling mengerti diriku. Aku menyesal telah membiarkanmu pergi dari hidupku."

Hinata menatap Naruto canggung. Tanpa mereka sadari permainan band Akatsuki itu kini sudah berhenti.

"Hinata, mau kah kau kembali lagi padaku? Aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan dirimu lagi. Aku menyadari kalau kau lebih berharga daripada siapapun juga. Aku -"

"Maaf mengganggu pembicaraan kalian!" Kata seseorang memutus pembicaraan Naruto. Orang itu duduk di samping Hinata  lalu merangkul Hinata dengan lembut dan mencium keningnya. "Tapi dia adalah harta berhargaku sekarang. Dan aku tidak akan menjualnya kepada siapapun juga!" Katanya dengan tajam dan penuh ancaman.

Sorak sorai pengunjung semakin pecah dan menggema begitu kalimat romantis itu terucap.

"S- Sasuke-kun, hentikan! Kau membuat gendang telingaku hampir pecah karena teriakan wanita-wanita itu." Kata Hinata sambil menelusupkan pipi merahnya di bahu Sasuke. Naruto terdiam tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"K- kau Sasuke, gitaris band akatsuki tadi?" Tanya Naruto masih tidak percaya.

"Benar, dan jika kau tidak keberatan, aku ingin segera membawa istriku pergi dari sini." Katanya dengan nada mengancam. "Ayo sayang!"

Sasuke membantu Hinata yang tampak kesusahan untuk berdiri, kini terlihat lah jelas di mata Naruto, perut Hinata yang kini membesar. Naruto sama sekali tidak menyadari sebelumnya karena perut Hinata terhalang oleh meja.

"K- kau sedang mengandung?" Tanya Naruto lagi.

"Iya, dan kelahirannya tinggal menghitung hari, doakan kelahiran anak pertamaku ya Naruto-san!" Kata Hinata, senyuman kebahagiaan tidak pernah pudah dari bibirnya.

"Ayo sayang, dokter Tsunade pasti sudah menunggu kita!" Kata Sasuke sambil memapah istrinya dengan penuh kesabaran, membuat gadis-gadis disekelilingnya memandang Hinata dengan iri.

.

.

.

The End

Perbedaan Witch, Wizard dan Sorcerer

Kalian pasti sudah pernah nonton Harry potter kan? Perjalanan seorang anak berkacamata untuk menjadi seorang penyihir hebat yang mampu meng...