Rabu, 12 April 2017

SasuHina - Matchmaking part 6

Bisa diliat di wattpad aku ya di sini nih Sasuhina...Matchmaking

Sesuai yang Hinata janjikan, Hinata selalu menceritakan pertemuannya dengan Gaara. Awalnya Sasuke sering kesal karena Gaara selalu mengajak Hinata makan siang, tetapi Sasuke percaya bahwa Hinata benar-benar selalu menolak ajakannya hingga akhirnya Gaara menyerah mengajak Hinata keluar lagi.

Hinata awalnya hanya bercerita tentang pertemuannya dengan Gaara saja, tetapi lama kelamaan Hinata juga bercerita tentang kegiatannya sehari-hari. Mulai dari kegiatan pagi setelah ditinggal Sasuke ke kantor sampai mereka bertemu kembali saat malam.

Seringkali Hinata meminta masukan pada Sasuke untuk meningkatkan kemajuan dari cafetarianya yang kini semakin penuh dan ramai. Sasuke pun mulai bercerita tentang pekerjaannya di kantor, tentang masalah kantor, karyawan yang menyebalkan seperti Naruto, dan juga prestasi yang selalu di dapat Sasuke semenjak sekolah dan kuliahnya dulu. Hinata mendengarkannya dengan baik dan ternyata Sasuke tidak sependiam yang Hinata kira sebelumnya.

15 Bulan pernikahan mereka telah berlalu, Hinata dan Sasuke menjadi lebih saling terbuka satu sama lain. Setiap minggu pagi mereka berlari pagi bersama dan seminggu sekali mereka makan malam di luar berdua, dan berkencan hingga larut malam. Mereka pun sering mengunjungi Mikoto yang selalu meminta cucu setiap kali mereka datang.

Sasuke selalu berusaha pulang sebelum makan malam, perasaan mereka yang sedikit demi sedikit tumbuh, kini semakin menguat satu sama lainnya. Namun tidak ada satupun dari mereka yang berani mengungkapkannya lebih dulu.

.

.

Hampir tengah malam terdengar suara bel terdengar, Hinata dan Sasuke keluar dari kamarnya masing masing.

"Sas, siapa ya yang bertamu malam-malam?" Hinata mengucek matanya yang masih mengantuk.

"Biar kulihat." Sasuke berjalan melewati Hinata ke depan pintu masuk, Hinata mengikutinya dari belakang punggung Sasuke.

Ternyata Sakura datang dengan membawa koper sambil terisak dan menangis. Sasuke mempersilakan Sakura untuk masuk.

"Sasuke-kun, Hinata-chan, maafkan aku bertamu malam-malam." Sakura duduk di sofa ruang tamu. Hinata bergegas ke dapur dan kembali lagi sambil membawa segelas air untuk Sakura minum.

"Ada apa?" tanya Sasuke dengan wajah datar.

"Bolehkah aku menginap disini sampai mendapat tempat baru? Sebenarnya aku menunggak uang sewa apartemen, dan mereka menyuruhku keluar. Aku sudah menghubungi Naruto, tapi dia bilang sedang berada di rumah orangtuanya." Sakura menunduk karena malu. Memang benar Naruto sudah meminta ijin pada Sasuke selama seminggu untuk mengunjungi orang tuanya di luar kota.

"Kenapa kamu bisa menunggak Sakura-chan?" tanya Hinata sambil mengelus punggung Sakura yang tidak berhenti menangis.

Sebenarnya tiap malam Sakura menghabiskan uangnya dengan pergi ke bar dan minum-minum untuk menghilangkan ingatannya tentang Sasuke. Sakura tidak menjawab pertanyaan Hinata.

"Jadi bolehkan Sasuke-kun?" rayu Sakura.

"Nggak! Kenapa tidak kerumah teman yang lain saja!" Sasuke enggan menerima Sakura.

"Ayolah Sasuke! Kamu tau kan aku hanya bersahabat denganmu dan Naruto saja, yang lain aku kurang dekat."

"Tapi... "

"Sudahlah Sasu-kun, Sakura-chan kan sahabatmu juga." Hinata merasa kasian pada Sakura.

"Terserah Hime saja." Sasuke menyerahkan keputusannya pada Hinata.

"Hinata-chan terima kasih ya, aku akan secepatnya mencari tempat tinggal baru." Sakura berterima kasih dan memeluk Hinata dengan tulus.

"Hmm," Sasuke memutar bola matanya. "Hime, ayo tidur." Sasuke merangkul Hinata dan mengajaknya ke kamar Sasuke.

"Eh, ka- kamar?" Hinata baru sadar kalau Sakura akan tidur di kamarnya. "Kamarku masih berantakan Sakura-chan."

"Ka- kalian tidur terpisah?" Sakura penasaran.

"Itu urusan kami," Sasuke menjawab sinis.

"Biar aku bereskan dulu kamarnya Sakura-chan." Hinata berniat pergi ke kamarnya untuk membersihkan ranjangnya yang berantakan. Karena tidurnya memang tidak pernah bisa diam.

"Tidak apa-apa Hinata-chan, aku akan membereskannya sendiri, kamu tidur saja. Maaf sudah mengganggu tidur kalian."

Sakura membawa kopernya ke kamar Hinata. Dia masih penasaran karena kamar Sasuke dan Hinata terpisah namun urung ditanyakan karena tidak enak. Sasuke merangkul Hinata dan menariknya ke kamar.

.

.

Keesokan harinya, Sakura membantu Hinata menyiapkan sarapan.

"Sasuke-kun, kamu sudah bangun? Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu." Sakura langsung menyiapkan sarapan Sasuke.

"Kamu makin berisi Sasuke-kun, jadi kamu harus mengurangi porsi makanmu." Sakura menyiapkan nasi sesuai seleranya yang menurut Hinata masih kurang untuk Sasuke.

"Hime, mana jus ku?" Sasuke meminta jus tomat nya pada Hinata. Tetapi Sakura mengambil jus itu dari tangan Hinata dan memberikannya pada Sasuke.

"Ini dia jus tomatnya Sasuke-kun. Aku bilang pada istrimu kalau jus tomat untuk Sasuke-kun tidak memakai susu dan gula." Sakura terlihat bangga karena masih mengingat makanan dan minuman kesukaan Sasuke. Padahal Hinata sudah sangat mengerti keinginan Sasuke.

Hinata dan Sasuke melanjutkan makan dengan canggung, tetapi Sakura sepertinya sangat senang.

"Oh ia Sasuke-kun, apa bisa kita pergi lebih cepat? Ada proposal yang harus kuberikan padamu pagi ini." Sakura terus mendominasi percakapan, sedangkan Hinata dan Sasuke hanya diam.

Setelah sarapan selesai, Sakura membawa tas dan jas milik Sasuke ke mobilnya Sasuke. Sakura terlihat sangat senang karena dapat pergi bekerja bersama Sasuke.

"Hinata, aku berangkat sekarang." Sasuke berkata sambil menghela nafas dan memutar bola matanya dengan malas.

"Hati-hati Sasu-kun." Hinata menunduk sambil cemberut.

"Kamu kesal?"

"Ng- nggak, gih sana pergi, Sakura nungguin kamu tuh." Hinata mencoba untuk berbohong, tetapi Sasuke tidak dapat dibohongi. Sasuke mengecup dahi Hinata untuk menenangkannya. Ini pertama kalinya Sasuke melakukannya tanpa pura-pura.

Dan baru kali ini pula Hinata merasakan dadanya panas karena cemburu, Hinata hampir menangis di hadapan Sasuke tetapi berhasil dia tahan.

.

.

.


Sasuke pulang kerumah, tentu saja Sakura mengikutinya di belakang. Membuat Hinata makin merasa tidak enak.

"Sasuke-kun kamu sibuk banget tadi, pasti kamu lapar, apa Hinata-chan sudah membuat makanan?" Sakura melirik Hinata yang mengangguk refleks, lalu kembali lagi menatap Sasuke manja.

"Kalau begitu ayo kita makan!" Sakura menggandeng tangan Sasuke dan membawanya ke ruang makan.

"A- ano, kalian berdua saja, a- aku kurang enak badan, jadi aku akan ke kamar duluan." kata Hinata hampir berlari menuju kamar Sasuke. Sasuke yang merasa risih dari tadi langsung melepaskan tangannya dari gandengan Sakura dengan kasar.

"Aku tidak lapar Sakura, makan saja sendiri." Sasuke pergi ke kamar menyusul Hinata. Membuat Sakura sebal dan melipat tangan di dadanya.

Sasuke melihat Hinata berbaring di kasur membelakanginya. Sasuke tau kalau Hinata belum tidur karena nafasnya masih belum teratur.

"Kamu cemburu?"

Tau pertanyaan itu untuknya, Hinata menjawab tanpa merubah posisi tidurnya. "Nggak! Sana, kata Sakura kamu pasti lapar,  dia menunggumu makan!"

"Benarkah? Kalau begitu aku akan kembali lagi pada Sakura." Sasuke berpura-pura berbalik menghadap pintu.

Hinata langsung berbalik dan menarik pakaian Sasuke. "Jangan!" Sasuke tersenyum melihat reaksi Hinata.

"Dari awal, aku tidak mau kalau dia di sini, Hinata." kata Sasuke sambil mengelus lembut pipi Hinata.

"Awalnya sih aku kasian padanya, tapi dia genit banget sama kamu Sasu-kun. Dia selalu merayumu di depan mataku seperti menganggapku tidak ada." Hinata mulai mengeluarkan air matanya. Sasuke mengusap lembut air mata Hinata dengan ibu jarinya.

"Kamu tau? Ternyata ada untungnya dia di sini." Hinata membelalak tidak percaya mendengar kata-kata Sasuke.

"Aku jadi tau kalau kamu cemburu." wajah Hinata memerah, Hinata lalu mencubit pinggang Sasuke.

"Aaa.." Sasuke mengaduh kesakitan sambil menarik lengan Hinata untuk berhenti mencubitnya.

Hinata mencoba mencubit dengan tangan satunya lagi, tetapi Sasuke lebih cepat menarik kedua pergelangan tangan Hinata. Adu tarik pun terjadi, Hinata mencoba menarik kedua tangannya yang kini dipegang Sasuke hingga terbaring di ranjang, Sasuke pun ikut terjatuh dan menindih Hinata.

Kedua tangan Hinata masih dipegang satu tangan Sasuke, sedangkan satu tangannya lagi menopang berat tubuhnya di atas tubuh Hinata. Mereka terdiam sebentar, kedua mata berbeda warna itu saling menatap.

Sasuke mulai memajukan kepalanya dan mencium Hinata dengan lembut. Hinata hanya diam tidak membalas ciumannya. Merasa tidak dibalas, Sasuke melepas ciumannya dan menatap Hinata dalam jarak kurang dari 10 centi meter.

"Jika kamu ingin lari, larilah sekarang Hime. Ini kesempatan terakhirmu!" Sasuke melepaskan tangan Hinata tetapi jarak mereka tidak berubah, Sasuke menopang tubuhnya dengan meletakan kedua tangannya disamping wajah Hinata.

Hinata diam sejenak, kemudian dengan malu-malu, Hinata mengalungkan lengannya di leher Sasuke dan menariknya untuk mendekati wajahnya sendiri, dan mulai menyentuhkan bibirnya dengan bibir Sasuke.

"Kesempatanmu sudah kau buang, kamu tidak bisa lari lagi Hime," Sasuke kembali mencium Hinata dengan rakus dan penuh nafsu.

"Aku mencintaimu Hinata." kata Sasuke di sela ciumannya.

"A... Aku juga, Sa... Sasuke." kata Hinata malu-malu.

"Aku tidak mendengarnya dengan jelas Hime." goda Sasuke, masih menciumi seluruh wajah Hinata.

"A... Aku mencintaimu juga Uchiha Sasuke." wajah Hinata kini seperti kepiting rebus, ia ingin segera memalingkan wajahnya di hadapan Sasuke, tetapi Sasuke menahannya agar tetap saling berhadapan.

"Bersiaplah Nyonya Uchiha." Sasuke kembali melanjutkan aksinya pada Hinata, Hinata hanya pasrah menghadapi kebuasan Sasuke. Kegiatan mereka terus berlanjut sampai tengah malam.

.

.

.


Esok paginya Hinata terbangun karena mendengar handphone milik Sasuke berbunyi, Sasuke memeluknya dari belakang, hanya selimut yang menempel di tubuh polos mereka.

"Sasu-kun, handphone mu berbunyi."

"Hn." kata Sasuke tanpa melakukan apa-apa.

"Sasu-kun, buka dulu hpnya, siapa tau itu penting." Dengan malas Sasuke membuka mata, melepas hangatnya tubuh Hinata dari pelukannya dan mengambil handphonenya.

"Siapa Sas?"

"Sakura? Dia memberi pesan." Sasuke memperlihatkan isi pesannya pada Hinata agar bisa membacanya bersama-sama.

From : Sakura
To : Sasuke
Subject : pamit
Sasuke-kun, maafkan aku, aku pamit tanpa memberi tahu langsung pada kalian. Aku akan tinggal di saudara untuk sementara waktu. Terima Kasih sudah memberiku tumpangan.

"Bagus, akhirnya dia sadar juga." Sasuke menyimpan kembali handphonenya dan kembali memeluk Hinata.

"Sasu-kun, bangun! Ini sudah pukul 5."

"Aku berangkatnya siang saja Hime."

"Kalau begitu lepas, aku akan membuat sarapan." Hinata mencoba melepas pelukan Sasuke, tapi Sasuke malah memeluknya tambah erat.

"Nanti saja."

"Eh, apa hari ini tidurku tidak bisa diam? Sampai kamu memelukku sekuat ini."

"Ia, kamu tidak bisa diam, tapi sebelum kita tidur, Hime." goda Sasuke, "Hingga membuatku kewalahan."

Wajah Hinata memerah, dia mencubit lengan Sasuke yang melingkar di perutnya. Hinata tetap mencoba melepas pelukan Sasuke membuat pelukan itu sedikit merenggang.

"Tidurlah Hime!" perintah Sasuke. Hinata menuruti keinginan manja Sasuke. Tetapi setelah hampir 10 menit, Hinata kembali terbangun.

"Sasu-kun!" Hinata berbalik dan menatap Sasuke, tetapi Sasuke menutup matanya. Hinata menyerah untuk mencoba melepaskan diri dari pelukan Sasuke.

Kini dia menatap wajah Sasuke yang terlihat damai. Hinata menatap seluruh bagian muka Sasuke dari mulai dahi, alis, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung, dan terakhir bibirnya yang tipis. Wajah Hinata langsung memerah seketika.

"Apa aku tampan saat tidur, Hime?" Sasuke berbicara tanpa membuka matanya. Wajah Hinata makin memerah karena ketauan sedang memandangi Sasuke. Sasuke kemudian membuka mata dan mencium Hinata dengan lembut.

"Kubilang tidur Hime atau aku akan menyantapmu lagi!" Hinata bergidik ketakutan, dengan terpaksa Hinata melanjutkan tidurnya lagi.

Pukul 9, Hinata kembali bangun. Dia mencoba mengangkat tangan Sasuke ditubuhnya perlahan. Hinata berhasil, dia berjinjit perlahan keluar dari kamar.

Hinata sedang memotong tomat, ketika Sasuke memeluknya dari belakang.

"Sa- Sasu-kun, lepas, a- aku sedang memasak." Hinata tergagap.

"Aku tidak akan mengganggumu Hime," Kata Sasuke tanpa melepas pelukannya.

"Tapi aku tidak bisa bergerak bebas Sasu-kun."

Sasuke melepaskan pelukannya dengan terpaksa. Dia duduk di kursi bar dapur sambil memandangi Hinata.

"Sasu-kun! Aku tidak terbiasa di pandangi seperti itu saat sedang memasak." wajah Hinata semerah tomat yang dipotongnya.

Sasuke lagi-lagi pasrah menggoda Hinata dan berjalan ke meja makan dengan malas.

Mereka makan bersama dengan tenang. Semua suasana sepertinya telah berubah. Sasuke memandangi Hinata dengan lembut membuat wajah Hinata selalu memerah.

Selesai makan, Hinata menyuruhnya bersiap-siap untuk bekerja. Dengan ogah-ogahan Sasuke menurutinya.

"Aku berangkat sekarang Hime." Sasuke mengecup Hinata dengan lembut.

"Hati-hati Sasu-kun." Hinata menunduk malu.

"Jangan pergi kemana-mana, termasuk ke cafetaria. Karena aku akan segera kembali lagi setelah meeting selesai." Sasuke mengecup lagi Hinata kemudian berangkat kerja.

.

.

.

Tbc...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perbedaan Witch, Wizard dan Sorcerer

Kalian pasti sudah pernah nonton Harry potter kan? Perjalanan seorang anak berkacamata untuk menjadi seorang penyihir hebat yang mampu meng...