Di buka ya wattpadnya juga SasuHina - Matchmaking
Hinata sedang berbelanja karena bahan makanan di rumahnya habis, Hinata juga berniat untuk menambahkan menu baru dalam cafetarianya, hingga dia membeli banyak macam sayur dan daging untuk dicobanya di rumah.
Hinata mengirimkan pesan pada Sasuke.
From : Hinata
To : Sasu-kun
Subject : makan malam
Aku sedang berbelanja, apa kamu suka sup jagung? Untuk makan malam.
Dia mendapat balasan dari Sasuke
From : Sasu-kun
To : Hinata
Subject : re : makan malam
Terserah.
Jangan manis!
Hinata kembali mendapat pesan dari Sasuke.
From : Sasu-kun
To : Hinata
Subject : tomat
Beli tomat! Di rumah habis.
Gadis manis itu tersenyum, tentu dia yang paling tau kalau stok tomat di rumahnya sudah habis. Karena tiap malam Sasuke selalu minta dibuatkan jus tomat.
From : Hinata
To : Sasu-kun
Subject : re : tomat
Semua tomat disini sudahku beli. Cukup untuk sebulan kedepan!
Hinata tersenyum saat mengirimkan pesannya.
From : Sasu-kun
To : Hinata
Subject : borong
Kamu bercanda? Aku gak mau makan tomat busuk setelah seminggu kedepan.
Masih disana? Tunggu aku jemput.
Hinata akan membalas tidak perlu, ketika troli yang dibawanya tersenggol seseorang.
"Kita berjumpa lagi Hinata."
"Gaara-san? Kamu belanja juga?"
Gaara mengangguk. "Gimana kalau kita ngobrol dulu di cafe sebelah?"
Hinata mempertimbangkan sebentar lalu mengangguk. Kemudian dia mengirim pesan pada Sasuke.
From : Hinata
To : Sasuke
Subject : jemput
Ok! Tapi jemput aku di cafe sebelah super market ya, kebetulan ketemu gaara, sekalian nunggu kamu.
Mereka pun pergi ke cafe sebelah.
.
.
.
"Apa kamu kenal Shikamaru?" tanya Hinata, pelayan baru saja mengantarkan pesanan Mereka.
"Shikamaru?" Gaara berpikir sejenak. "Oh, tidak, aku kenal dengan Ino. Dia sekretarisku."
"Ohh," Hinata mulai menyeruput es kopi pesanannya. "Ini enak, tidak terlalu manis, Sasu-kun pasti suka."
"Suamimu tidak suka manis?"
"Ia, dia paling gak suka manis, makanan juga banyak yang dia gak suka, aku jadi harus banyak memilih menu masakan yang bisa dia makan." Hinata cemberut mengingat betapa pemilihnya Sasuke.
"Suamimu pasti senang bisa punya istri sepertimu?"
Hinata menggeleng sambil menyeruput kembali esnya. "Dia kadang suka menyuruhku diam atau pergi, kalau sedang marah kata-katanya biasanya tajam dan menusuk." Hinata berfikir sebentar. "Sebenernya dia orang yang baik banget, perhatian, dan selalu menepati janji. Tapi ngomongnya aja yang sedikit kejam."
"Membicarakanku, Hime?" Hinata kaget karena orang yang baru saja di omongkan ada di belakangnya.
"Sa- Sasu-kun, kamu mengagetkanku saja." Sasuke kemudian menunduk untuk mencium pipi Hinata. Wajah Hinata seperti biasanya, merah.
"Sasu-kun, cobain deh es kopinya, gak terlalu manis kok." Hinata menyodorkan gelasnya yang tinggal setengah. Sasuke menerimanya dan menyeruput habis seluruh isinya.
"Sekarang Pulang!" Nada Sasuke berisikan perintah setelah minum es kopi dari istrinya. Sasuke menatap tajam Gaara. Gaara hanya terdiam di tempatnya.
"Sasu-kun mau lagi? Biar ku pesankan lagi?"
"Pulang!" akhirnya Hinata menurut. Sasuke menggenggam erat tangan Hinata. Hinata pun pamit pada Gaara.
.
.
.
"Sas, dari tadi di mobil kok diem aja?" mereka kini telah sampai di parkiran rumahnya. Sasuke tidak menjawab.
Hinata mengendikkan bahunya tidak peduli dan hendak keluar. Tetapi Sasuke menahan pintu Hinata agar tidak terbuka.
"Aku gak suka kamu deket-deket sama dia,"
"Dia? Gaara? Dia kan cuma temen, Sas."
"Aku gak peduli, selama kontrak ini belum beres, kamu ga boleh deket sama dia!"
"Di kontrak juga kan gak ada larangan kita temenan sama siapa aja."
"Dia jelas-jelas masih suka sama kamu Hinata. "
"Ga mungkin Sasu-kun, dia tau kok, kalau aku udah nikah sama kamu."
"Kamu tetep ga boleh ketemu dia titik." Sasuke kehilangan alasan.
"Ihh, terserah aku dong. Kenapa sih? Kamu cemburu?" sifat Hinata yang suka ngelawan balik lagi.
"Gak, ngapain cemburu, terserah lah" Sasuke langsung keluar dari mobil dan membanting pintunya cukup keras.
.
.
.
Sudah lebih dari 3 hari, Sasuke tidak bertanya jawab dengan Hinata. Sasuke sering melewatkan sarapan dan pulang larut malam.
Hinata berniat menanyakannya, karena Sasuke sudah melanggar peraturan dalam kontrak. Hinata menunggunya di sofa ruang TV. Jam sudah menunjukan hampir tengah malam ketika pintu rumah terbuka.
"Sas, kamu dari mana aja?" Hinata melipat lengan di dadanya, berusaha terlihat marah. Tetapi malah terlihat lucu bagi Sasuke.
"Main bareng dan nganter Sakura pulang!" Sasuke berjalan melewati Hinata masuk ke kamar. Hinata mengikutinya masuk ke kamar Sasuke.
"Kok gitu? Kamu inget kan peraturannya, kamu harus pulang sebelum makan malam, lagian bukan masalah kerja malah main sama Sakura lagi." Hinata makin cemberut, membuat Sasuke ingin melahap bibir Hinata namun Sasuke tetap menahan diri. Sasuke sebenarnya diam di kantor, mengerjakan pekerjaan yang sedang dikejar deadline.
Sasuke sengaja membuka kemejanya di depan Hinata, membuat Hinata gelagapan, dan kabur keluar kamar Sasuke.
"Pokoknya besok jangan telat pulang lagi!" Teriak Hinata di depan kamar Sasuke yang sudah tertutup. Sasuke tersenyum melihat tingkah Hinata.
.
.
.
Besoknya Hinata mengetuk pintu kamar Sasuke, memastikan Sasuke ikut sarapan dan tidak kabur lagi. Sasuke keluar dari kamarnya hanya menggunakan handuk di pinggang sampai ke lutut, rambutnya masih basah. Hinata yang kaget langsung membalikan badannya membelakangi Sasuke.
"A- ano, Sa- sarapannya sudah siap, Sa- Sasu-kun." Hinata tergagap, wajahnya kini memerah.
"Hn, apa aku harus kesana sekarang, atau berpakaian dulu?" goda Sasuke pada Hinata.
"Te- Tentu saja berpakaian dulu, a- aku akan me- menunggumu di sana." Hinata pun pergi meninggalkan Sasuke ke ruang makan.
.
.
"Sasu-kun, pokoknya pulangnya jangan telat lagi!"
"Hn."
"Dan jangan nganterin Sakura lagi."
"Kenapa?"
"Bukannya kamu bilang kalau dia masih menyukaimu Sasu-kun?" Hinata menunduk malu.
"Terus? Kita kan hanya teman kaya kamu sama Gaara." Sasuke tetap dengan wajah stoic nya.
"Ka- kalau kamu nganterin Sakura pulang, kamu yang jadi telat pulang."
"Hn," Sasuke malas untuk berdebat lagi.
"Oh ia Sas, kemarin Gaara mampir ke cafetaria."
"Ngapain?" suara Sasuke yang awalnya tenang mendadak berubah tajam. Tetapi wajahnya tetap datar.
"Dia menawarkan kerja sama, jadi Gaara mau jadi investor sayur-sayuran segar di cafetaria kita."
"Nggak boleh!"
"Tapi dia memberi diskon sampai 30%, barangnya diantar dia langsung lagi." Hinata berbicara layaknya pembisnis, tetapi Sasuke mengetahui maksud tersembunyi dari setan merah itu, mana mungkin perusahaannya yang sudah besar mau bekerja sama dengan cafetaria kecil milik Hinata.
"Tetap nggak boleh!" kata-kata Sasuke yang biasanya membuat seisi kantor terdiam ketakutan hanya membuat Hinata cemberut.
"Kenapa sih kamu nggak suka banget sama Gaara, padahalkan dia cuma menawarkan bisnis."
"Oke! Terserah, aku gak peduli!" Sasuke berdiri dan pergi ke kantor meninggalkan sarapannya yang masih setengah piring.
.
.
.
"Teme, hari ini kamu mau bikin berapa orang nangis sih?" Naruto menghampiri Sasuke di ruangannya saat istirahat makan siang. Dari tadi dia melihat orang yang masuk ke ruangan Sasuke, raut wajahnya seperti habis menangis setelah keluar dari ruangan itu.
"Urusai, Dobe!"
"Berantem sama Hinata ya?"
"Pergi sekarang dan jangan ganggu aku!" Sasuke tetap memandangi laptopnya, mengacuhkan pertanyaan Naruto.
"Benarkan? Pasti kalian sedang bertengkar. Kulihat kamu juga tidal membawa bekal." Naruto tidak berkeinginan beranjak dari ruangan Sasuke. Sasuke memutar bola matanya dan mengacuhkan Naruto.
"Sayang sekali, padahal aku ingin meminta jatah bekalmu. Kenapa kalian bertengkar? Apa ada orang ke tiga? Kamu pasti ya yang selingkuh?" Cecar Naruto.
"Bukan aku Dobe, tapi Hinata yang asik bertemu mantan pacarnya." Sasuke kali ini termakan umpan yang diberikan Narutol. Naruto malah tetawa mendengar cerita Sasuke, Sasuke melemparnya dengan mouse yang sedang dipegangnya, tetapi Naruto segera menangkapnya dan mengembalikannya ke Sasuke.
"Gomen, memangnya siapa mantan pacar istrimu itu?" Naruto mulai serius mendengarkan cerita Sasuke.
"Sabaku Gaara." Sasuke muak dengan hanya menyebutkan namanya saja.
"Oh, dia yang terkenal dengan julukan setan merah tampan itu, dia pengusaha pertanian di daerah Suna kan? Benar dugaanku, selera Hinata memang tinggi."
"Jangan memujinya, atau kau bukan sahabatku lagi Dobe! Si rambut merah itu jelas-jelas masih menyukai Hinata, itu membuatku muak." Sasuke benar-benar kesal.
"Sabar Teme, mungkin mereka hanya berteman, bicarakanlah dengan Hinata, aku yakin Hinata bukan wanita seperti itu." Naruto.
"Jangan berpikiran terlalu jauh tentang istriku Dobe! Cepat pergi!"
"Kalau kau selalu galak seperti ini, mungkin Hinata akan benar-benar berpaling darimu Teme." Naruto akhirnya pergi menuruti Sasuke yang sulit di ajak kompromi.
.
.
.
Walau sasuke marah dia tetap menepati janji dengan pulang tepat waktu.
Hinata yang tau kalau sasuke marah mencoba merayunya kembali dengan membuat masakan2 kesukaan Sasuke. Sasuke mengerti apa yang Hinata lakukan, tapi jangan harap amarahnya berhenti hanya karna sogokan makanan.
Sasuke makan dengan lahap tanpa berbicara sepatah katapun sampai selesai. Sasuke langsung pergi ke kamarnya. Hinata menghela nafas, padahal seluruh makanannya sudah kosong, tapi ternyata idenya kurang berhasil. Hinata yakin, siang hari sasuke tidak makan apapun melihat nafsu makannya tadi.
Hinata mengetuk pintu kamar Sasuke, Sasuke keluar kamar dengan wajah kesalnya.
"APA? " Bentak Sasuke membuat Hinata kaget dan menunduk sambil menautkan kedua jari-jarinya.
"Tadi Gaara sudah membawa contoh sayurannya, aku mau menolak tapi tidak enak." kata Hinata hampir menangis.
"Kubilang terserah. " Sasuke sedikit melembutkan kata2nya melihat Hinata yang ketakutan. Sasuke ingat kata-kata Naruto tadi siang.
"Jangan marah lagi dong Sas, " rayu Hinata yang matanya sudah mengeluarkan air mata.
"Aku ga marah," kata sasuke tidak tega.
"Beneran ga marah? Aku janji bakal cerita apa pun tentang pertemuan kita,"
"Aku ga mau tau. " Sasuke hampir menutup pintunya kembali saat Hinata berkata.
"Termasuk dia mengajakku makan malam? " tanya Hinata polos
"Berani beraninya dia!" Emosi Sasuke kembali memuncak, ia tidak jadi menutup pintunya. "Kapan? Dimana?"
"Katanya ga mau tau." Hinata terkikik melihat ekspresi Sasuke. Sasuke langsung salah tingkah.
"Kau menyuruhku selalu makan malam di rumah, sekarang kamu sendiri yang mau makan malam di luar, TIDAK BOLEH!"
"Aku sudah terlanjur mengiyakan, dan kubilang padanya kalau aku akan mengajakmu. Aku tidak begitu mengerti dunia bisnis."
"Baiklah, aku ikut!" kata Sasuke sambil menutup pintunya. Hinata tersenyum melihat tingkah Sasuke.
.
.
.
Hinata dan Sasuke datang di restaurant yang dijadwalkan, Sasuke tak pernah lepas memegang tangan Hinata, Hinata berpakaian simpel namun terlihat manis, Sasuke marah melihat Hinata berpakaian manis seperti itu, tapi Hinata menanggapinya dengan mengecup pipi Sasuke sambil tersenyum malu dan menggandeng tangan Sasuke ke mobil.
Gaara tidak terkejut, Hinata datang bersama suaminya. Mereka terlihat sangat serasi dan mesra membuat Gaara sedikit menciut. Tetapi tetap menerima tamunya dengan ramah.
Saat akan menjabat tangan Hinata, Sasuke menyambet tangan Gaara dan menggantikan Hinata menyalaminya plus deathglare gratis dari Sasuke. Gaara gelagapan langsung mempersilakan mereka duduk.
Sasuke terus menempel pada istrinya, mulai dari mengalengkan tangannya di bahu Hinata, memegang tangan Hinata dan sesekali mengacak-acak rambut Hinata. Hinata yang merasa tidak keberatan hanya diam dan tertunduk malu. Gaara terlihat semakin panas melihat hal itu.
Selama makan malam, Gaara mencoba berbicara bisnis dengan Hinata, tetapi Sasuke selalu menanggapi pertanyaan yang sebenarnya diajukan Gaara untuk Hinata.
Hinata sendiri sedang sibuk mencicipi hidangan yang tersaji sambil memberikan komentar-komentar kecil.
"Sasu-kun, coba makanan ini deh, enak, tapi kurang sedikit merica dan dagingnya kurang matang." Sasuke tidak menanggapinya karena sedang asik berbicara dengan Gaara.
"Kalau yang ini enak, matangnya pas dan pasti mereka memakai perasan lemon untuk sausnya."
"Minumannya juga enak, tapi jusnya terlalu banyak gula, kamu pasti gak suka Sas." Hinata masih mengoceh tentang makanan. "Boleh aku mencoba makananmu?" Hinata mencicipi makanan di piring Sasuke.
"Emm, ini enak sekali, kamu suka Sasu-kun?"
"Hn" jawab Sasuke sekenanya. Sasuke masih menanggapi beberapa pertanyaan dari Gaara
"Pantas kamu suka, ini semua enak. Aku akan mencoba membuatnya di rumah nanti." kata Hinata puas tentang mengomentari makanannya.
Melihat suasana menjadi kurang kondusif untuk berbisnis, Gaara pun pamit. Sasuke dalam hati meneriakan kemenangannya karena membuat Gaara mundur. Sasuke tersenyum.
"Kenapa kamu senyum Sasu-kun?" tanya Hinata heran. Sasuke berdeham dan segera memasang wajah datarnya lagi.
.
.
.
Tbc
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Perbedaan Witch, Wizard dan Sorcerer
Kalian pasti sudah pernah nonton Harry potter kan? Perjalanan seorang anak berkacamata untuk menjadi seorang penyihir hebat yang mampu meng...

-
Sekarang kita mau bahas tentang tonari no kaibutsukun. Ceritanya komedi romantis Karakter cewenya disini dingin banget, tapi cowonya keliat...
-
Kalian pasti sudah pernah nonton Harry potter kan? Perjalanan seorang anak berkacamata untuk menjadi seorang penyihir hebat yang mampu meng...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar