Bisa diliat di wattpad aku ya di sini nih Sasuhina...Matchmaking
Sesuai yang Hinata janjikan, Hinata selalu menceritakan pertemuannya dengan Gaara. Awalnya Sasuke sering kesal karena Gaara selalu mengajak Hinata makan siang, tetapi Sasuke percaya bahwa Hinata benar-benar selalu menolak ajakannya hingga akhirnya Gaara menyerah mengajak Hinata keluar lagi.
Hinata awalnya hanya bercerita tentang pertemuannya dengan Gaara saja, tetapi lama kelamaan Hinata juga bercerita tentang kegiatannya sehari-hari. Mulai dari kegiatan pagi setelah ditinggal Sasuke ke kantor sampai mereka bertemu kembali saat malam.
Seringkali Hinata meminta masukan pada Sasuke untuk meningkatkan kemajuan dari cafetarianya yang kini semakin penuh dan ramai. Sasuke pun mulai bercerita tentang pekerjaannya di kantor, tentang masalah kantor, karyawan yang menyebalkan seperti Naruto, dan juga prestasi yang selalu di dapat Sasuke semenjak sekolah dan kuliahnya dulu. Hinata mendengarkannya dengan baik dan ternyata Sasuke tidak sependiam yang Hinata kira sebelumnya.
15 Bulan pernikahan mereka telah berlalu, Hinata dan Sasuke menjadi lebih saling terbuka satu sama lain. Setiap minggu pagi mereka berlari pagi bersama dan seminggu sekali mereka makan malam di luar berdua, dan berkencan hingga larut malam. Mereka pun sering mengunjungi Mikoto yang selalu meminta cucu setiap kali mereka datang.
Sasuke selalu berusaha pulang sebelum makan malam, perasaan mereka yang sedikit demi sedikit tumbuh, kini semakin menguat satu sama lainnya. Namun tidak ada satupun dari mereka yang berani mengungkapkannya lebih dulu.
.
.
Hampir tengah malam terdengar suara bel terdengar, Hinata dan Sasuke keluar dari kamarnya masing masing.
"Sas, siapa ya yang bertamu malam-malam?" Hinata mengucek matanya yang masih mengantuk.
"Biar kulihat." Sasuke berjalan melewati Hinata ke depan pintu masuk, Hinata mengikutinya dari belakang punggung Sasuke.
Ternyata Sakura datang dengan membawa koper sambil terisak dan menangis. Sasuke mempersilakan Sakura untuk masuk.
"Sasuke-kun, Hinata-chan, maafkan aku bertamu malam-malam." Sakura duduk di sofa ruang tamu. Hinata bergegas ke dapur dan kembali lagi sambil membawa segelas air untuk Sakura minum.
"Ada apa?" tanya Sasuke dengan wajah datar.
"Bolehkah aku menginap disini sampai mendapat tempat baru? Sebenarnya aku menunggak uang sewa apartemen, dan mereka menyuruhku keluar. Aku sudah menghubungi Naruto, tapi dia bilang sedang berada di rumah orangtuanya." Sakura menunduk karena malu. Memang benar Naruto sudah meminta ijin pada Sasuke selama seminggu untuk mengunjungi orang tuanya di luar kota.
"Kenapa kamu bisa menunggak Sakura-chan?" tanya Hinata sambil mengelus punggung Sakura yang tidak berhenti menangis.
Sebenarnya tiap malam Sakura menghabiskan uangnya dengan pergi ke bar dan minum-minum untuk menghilangkan ingatannya tentang Sasuke. Sakura tidak menjawab pertanyaan Hinata.
"Jadi bolehkan Sasuke-kun?" rayu Sakura.
"Nggak! Kenapa tidak kerumah teman yang lain saja!" Sasuke enggan menerima Sakura.
"Ayolah Sasuke! Kamu tau kan aku hanya bersahabat denganmu dan Naruto saja, yang lain aku kurang dekat."
"Tapi... "
"Sudahlah Sasu-kun, Sakura-chan kan sahabatmu juga." Hinata merasa kasian pada Sakura.
"Terserah Hime saja." Sasuke menyerahkan keputusannya pada Hinata.
"Hinata-chan terima kasih ya, aku akan secepatnya mencari tempat tinggal baru." Sakura berterima kasih dan memeluk Hinata dengan tulus.
"Hmm," Sasuke memutar bola matanya. "Hime, ayo tidur." Sasuke merangkul Hinata dan mengajaknya ke kamar Sasuke.
"Eh, ka- kamar?" Hinata baru sadar kalau Sakura akan tidur di kamarnya. "Kamarku masih berantakan Sakura-chan."
"Ka- kalian tidur terpisah?" Sakura penasaran.
"Itu urusan kami," Sasuke menjawab sinis.
"Biar aku bereskan dulu kamarnya Sakura-chan." Hinata berniat pergi ke kamarnya untuk membersihkan ranjangnya yang berantakan. Karena tidurnya memang tidak pernah bisa diam.
"Tidak apa-apa Hinata-chan, aku akan membereskannya sendiri, kamu tidur saja. Maaf sudah mengganggu tidur kalian."
Sakura membawa kopernya ke kamar Hinata. Dia masih penasaran karena kamar Sasuke dan Hinata terpisah namun urung ditanyakan karena tidak enak. Sasuke merangkul Hinata dan menariknya ke kamar.
.
.
Keesokan harinya, Sakura membantu Hinata menyiapkan sarapan.
"Sasuke-kun, kamu sudah bangun? Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu." Sakura langsung menyiapkan sarapan Sasuke.
"Kamu makin berisi Sasuke-kun, jadi kamu harus mengurangi porsi makanmu." Sakura menyiapkan nasi sesuai seleranya yang menurut Hinata masih kurang untuk Sasuke.
"Hime, mana jus ku?" Sasuke meminta jus tomat nya pada Hinata. Tetapi Sakura mengambil jus itu dari tangan Hinata dan memberikannya pada Sasuke.
"Ini dia jus tomatnya Sasuke-kun. Aku bilang pada istrimu kalau jus tomat untuk Sasuke-kun tidak memakai susu dan gula." Sakura terlihat bangga karena masih mengingat makanan dan minuman kesukaan Sasuke. Padahal Hinata sudah sangat mengerti keinginan Sasuke.
Hinata dan Sasuke melanjutkan makan dengan canggung, tetapi Sakura sepertinya sangat senang.
"Oh ia Sasuke-kun, apa bisa kita pergi lebih cepat? Ada proposal yang harus kuberikan padamu pagi ini." Sakura terus mendominasi percakapan, sedangkan Hinata dan Sasuke hanya diam.
Setelah sarapan selesai, Sakura membawa tas dan jas milik Sasuke ke mobilnya Sasuke. Sakura terlihat sangat senang karena dapat pergi bekerja bersama Sasuke.
"Hinata, aku berangkat sekarang." Sasuke berkata sambil menghela nafas dan memutar bola matanya dengan malas.
"Hati-hati Sasu-kun." Hinata menunduk sambil cemberut.
"Kamu kesal?"
"Ng- nggak, gih sana pergi, Sakura nungguin kamu tuh." Hinata mencoba untuk berbohong, tetapi Sasuke tidak dapat dibohongi. Sasuke mengecup dahi Hinata untuk menenangkannya. Ini pertama kalinya Sasuke melakukannya tanpa pura-pura.
Dan baru kali ini pula Hinata merasakan dadanya panas karena cemburu, Hinata hampir menangis di hadapan Sasuke tetapi berhasil dia tahan.
.
.
.
Sasuke pulang kerumah, tentu saja Sakura mengikutinya di belakang. Membuat Hinata makin merasa tidak enak.
"Sasuke-kun kamu sibuk banget tadi, pasti kamu lapar, apa Hinata-chan sudah membuat makanan?" Sakura melirik Hinata yang mengangguk refleks, lalu kembali lagi menatap Sasuke manja.
"Kalau begitu ayo kita makan!" Sakura menggandeng tangan Sasuke dan membawanya ke ruang makan.
"A- ano, kalian berdua saja, a- aku kurang enak badan, jadi aku akan ke kamar duluan." kata Hinata hampir berlari menuju kamar Sasuke. Sasuke yang merasa risih dari tadi langsung melepaskan tangannya dari gandengan Sakura dengan kasar.
"Aku tidak lapar Sakura, makan saja sendiri." Sasuke pergi ke kamar menyusul Hinata. Membuat Sakura sebal dan melipat tangan di dadanya.
Sasuke melihat Hinata berbaring di kasur membelakanginya. Sasuke tau kalau Hinata belum tidur karena nafasnya masih belum teratur.
"Kamu cemburu?"
Tau pertanyaan itu untuknya, Hinata menjawab tanpa merubah posisi tidurnya. "Nggak! Sana, kata Sakura kamu pasti lapar, dia menunggumu makan!"
"Benarkah? Kalau begitu aku akan kembali lagi pada Sakura." Sasuke berpura-pura berbalik menghadap pintu.
Hinata langsung berbalik dan menarik pakaian Sasuke. "Jangan!" Sasuke tersenyum melihat reaksi Hinata.
"Dari awal, aku tidak mau kalau dia di sini, Hinata." kata Sasuke sambil mengelus lembut pipi Hinata.
"Awalnya sih aku kasian padanya, tapi dia genit banget sama kamu Sasu-kun. Dia selalu merayumu di depan mataku seperti menganggapku tidak ada." Hinata mulai mengeluarkan air matanya. Sasuke mengusap lembut air mata Hinata dengan ibu jarinya.
"Kamu tau? Ternyata ada untungnya dia di sini." Hinata membelalak tidak percaya mendengar kata-kata Sasuke.
"Aku jadi tau kalau kamu cemburu." wajah Hinata memerah, Hinata lalu mencubit pinggang Sasuke.
"Aaa.." Sasuke mengaduh kesakitan sambil menarik lengan Hinata untuk berhenti mencubitnya.
Hinata mencoba mencubit dengan tangan satunya lagi, tetapi Sasuke lebih cepat menarik kedua pergelangan tangan Hinata. Adu tarik pun terjadi, Hinata mencoba menarik kedua tangannya yang kini dipegang Sasuke hingga terbaring di ranjang, Sasuke pun ikut terjatuh dan menindih Hinata.
Kedua tangan Hinata masih dipegang satu tangan Sasuke, sedangkan satu tangannya lagi menopang berat tubuhnya di atas tubuh Hinata. Mereka terdiam sebentar, kedua mata berbeda warna itu saling menatap.
Sasuke mulai memajukan kepalanya dan mencium Hinata dengan lembut. Hinata hanya diam tidak membalas ciumannya. Merasa tidak dibalas, Sasuke melepas ciumannya dan menatap Hinata dalam jarak kurang dari 10 centi meter.
"Jika kamu ingin lari, larilah sekarang Hime. Ini kesempatan terakhirmu!" Sasuke melepaskan tangan Hinata tetapi jarak mereka tidak berubah, Sasuke menopang tubuhnya dengan meletakan kedua tangannya disamping wajah Hinata.
Hinata diam sejenak, kemudian dengan malu-malu, Hinata mengalungkan lengannya di leher Sasuke dan menariknya untuk mendekati wajahnya sendiri, dan mulai menyentuhkan bibirnya dengan bibir Sasuke.
"Kesempatanmu sudah kau buang, kamu tidak bisa lari lagi Hime," Sasuke kembali mencium Hinata dengan rakus dan penuh nafsu.
"Aku mencintaimu Hinata." kata Sasuke di sela ciumannya.
"A... Aku juga, Sa... Sasuke." kata Hinata malu-malu.
"Aku tidak mendengarnya dengan jelas Hime." goda Sasuke, masih menciumi seluruh wajah Hinata.
"A... Aku mencintaimu juga Uchiha Sasuke." wajah Hinata kini seperti kepiting rebus, ia ingin segera memalingkan wajahnya di hadapan Sasuke, tetapi Sasuke menahannya agar tetap saling berhadapan.
"Bersiaplah Nyonya Uchiha." Sasuke kembali melanjutkan aksinya pada Hinata, Hinata hanya pasrah menghadapi kebuasan Sasuke. Kegiatan mereka terus berlanjut sampai tengah malam.
.
.
.
Esok paginya Hinata terbangun karena mendengar handphone milik Sasuke berbunyi, Sasuke memeluknya dari belakang, hanya selimut yang menempel di tubuh polos mereka.
"Sasu-kun, handphone mu berbunyi."
"Hn." kata Sasuke tanpa melakukan apa-apa.
"Sasu-kun, buka dulu hpnya, siapa tau itu penting." Dengan malas Sasuke membuka mata, melepas hangatnya tubuh Hinata dari pelukannya dan mengambil handphonenya.
"Siapa Sas?"
"Sakura? Dia memberi pesan." Sasuke memperlihatkan isi pesannya pada Hinata agar bisa membacanya bersama-sama.
From : Sakura
To : Sasuke
Subject : pamit
Sasuke-kun, maafkan aku, aku pamit tanpa memberi tahu langsung pada kalian. Aku akan tinggal di saudara untuk sementara waktu. Terima Kasih sudah memberiku tumpangan.
"Bagus, akhirnya dia sadar juga." Sasuke menyimpan kembali handphonenya dan kembali memeluk Hinata.
"Sasu-kun, bangun! Ini sudah pukul 5."
"Aku berangkatnya siang saja Hime."
"Kalau begitu lepas, aku akan membuat sarapan." Hinata mencoba melepas pelukan Sasuke, tapi Sasuke malah memeluknya tambah erat.
"Nanti saja."
"Eh, apa hari ini tidurku tidak bisa diam? Sampai kamu memelukku sekuat ini."
"Ia, kamu tidak bisa diam, tapi sebelum kita tidur, Hime." goda Sasuke, "Hingga membuatku kewalahan."
Wajah Hinata memerah, dia mencubit lengan Sasuke yang melingkar di perutnya. Hinata tetap mencoba melepas pelukan Sasuke membuat pelukan itu sedikit merenggang.
"Tidurlah Hime!" perintah Sasuke. Hinata menuruti keinginan manja Sasuke. Tetapi setelah hampir 10 menit, Hinata kembali terbangun.
"Sasu-kun!" Hinata berbalik dan menatap Sasuke, tetapi Sasuke menutup matanya. Hinata menyerah untuk mencoba melepaskan diri dari pelukan Sasuke.
Kini dia menatap wajah Sasuke yang terlihat damai. Hinata menatap seluruh bagian muka Sasuke dari mulai dahi, alis, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung, dan terakhir bibirnya yang tipis. Wajah Hinata langsung memerah seketika.
"Apa aku tampan saat tidur, Hime?" Sasuke berbicara tanpa membuka matanya. Wajah Hinata makin memerah karena ketauan sedang memandangi Sasuke. Sasuke kemudian membuka mata dan mencium Hinata dengan lembut.
"Kubilang tidur Hime atau aku akan menyantapmu lagi!" Hinata bergidik ketakutan, dengan terpaksa Hinata melanjutkan tidurnya lagi.
Pukul 9, Hinata kembali bangun. Dia mencoba mengangkat tangan Sasuke ditubuhnya perlahan. Hinata berhasil, dia berjinjit perlahan keluar dari kamar.
Hinata sedang memotong tomat, ketika Sasuke memeluknya dari belakang.
"Sa- Sasu-kun, lepas, a- aku sedang memasak." Hinata tergagap.
"Aku tidak akan mengganggumu Hime," Kata Sasuke tanpa melepas pelukannya.
"Tapi aku tidak bisa bergerak bebas Sasu-kun."
Sasuke melepaskan pelukannya dengan terpaksa. Dia duduk di kursi bar dapur sambil memandangi Hinata.
"Sasu-kun! Aku tidak terbiasa di pandangi seperti itu saat sedang memasak." wajah Hinata semerah tomat yang dipotongnya.
Sasuke lagi-lagi pasrah menggoda Hinata dan berjalan ke meja makan dengan malas.
Mereka makan bersama dengan tenang. Semua suasana sepertinya telah berubah. Sasuke memandangi Hinata dengan lembut membuat wajah Hinata selalu memerah.
Selesai makan, Hinata menyuruhnya bersiap-siap untuk bekerja. Dengan ogah-ogahan Sasuke menurutinya.
"Aku berangkat sekarang Hime." Sasuke mengecup Hinata dengan lembut.
"Hati-hati Sasu-kun." Hinata menunduk malu.
"Jangan pergi kemana-mana, termasuk ke cafetaria. Karena aku akan segera kembali lagi setelah meeting selesai." Sasuke mengecup lagi Hinata kemudian berangkat kerja.
.
.
.
Tbc...
Rabu, 12 April 2017
Kamis, 12 Januari 2017
SasuHina - Matchmaking part 5
Di buka ya wattpadnya juga SasuHina - Matchmaking
Hinata sedang berbelanja karena bahan makanan di rumahnya habis, Hinata juga berniat untuk menambahkan menu baru dalam cafetarianya, hingga dia membeli banyak macam sayur dan daging untuk dicobanya di rumah.
Hinata mengirimkan pesan pada Sasuke.
From : Hinata
To : Sasu-kun
Subject : makan malam
Aku sedang berbelanja, apa kamu suka sup jagung? Untuk makan malam.
Dia mendapat balasan dari Sasuke
From : Sasu-kun
To : Hinata
Subject : re : makan malam
Terserah.
Jangan manis!
Hinata kembali mendapat pesan dari Sasuke.
From : Sasu-kun
To : Hinata
Subject : tomat
Beli tomat! Di rumah habis.
Gadis manis itu tersenyum, tentu dia yang paling tau kalau stok tomat di rumahnya sudah habis. Karena tiap malam Sasuke selalu minta dibuatkan jus tomat.
From : Hinata
To : Sasu-kun
Subject : re : tomat
Semua tomat disini sudahku beli. Cukup untuk sebulan kedepan!
Hinata tersenyum saat mengirimkan pesannya.
From : Sasu-kun
To : Hinata
Subject : borong
Kamu bercanda? Aku gak mau makan tomat busuk setelah seminggu kedepan.
Masih disana? Tunggu aku jemput.
Hinata akan membalas tidak perlu, ketika troli yang dibawanya tersenggol seseorang.
"Kita berjumpa lagi Hinata."
"Gaara-san? Kamu belanja juga?"
Gaara mengangguk. "Gimana kalau kita ngobrol dulu di cafe sebelah?"
Hinata mempertimbangkan sebentar lalu mengangguk. Kemudian dia mengirim pesan pada Sasuke.
From : Hinata
To : Sasuke
Subject : jemput
Ok! Tapi jemput aku di cafe sebelah super market ya, kebetulan ketemu gaara, sekalian nunggu kamu.
Mereka pun pergi ke cafe sebelah.
.
.
.
"Apa kamu kenal Shikamaru?" tanya Hinata, pelayan baru saja mengantarkan pesanan Mereka.
"Shikamaru?" Gaara berpikir sejenak. "Oh, tidak, aku kenal dengan Ino. Dia sekretarisku."
"Ohh," Hinata mulai menyeruput es kopi pesanannya. "Ini enak, tidak terlalu manis, Sasu-kun pasti suka."
"Suamimu tidak suka manis?"
"Ia, dia paling gak suka manis, makanan juga banyak yang dia gak suka, aku jadi harus banyak memilih menu masakan yang bisa dia makan." Hinata cemberut mengingat betapa pemilihnya Sasuke.
"Suamimu pasti senang bisa punya istri sepertimu?"
Hinata menggeleng sambil menyeruput kembali esnya. "Dia kadang suka menyuruhku diam atau pergi, kalau sedang marah kata-katanya biasanya tajam dan menusuk." Hinata berfikir sebentar. "Sebenernya dia orang yang baik banget, perhatian, dan selalu menepati janji. Tapi ngomongnya aja yang sedikit kejam."
"Membicarakanku, Hime?" Hinata kaget karena orang yang baru saja di omongkan ada di belakangnya.
"Sa- Sasu-kun, kamu mengagetkanku saja." Sasuke kemudian menunduk untuk mencium pipi Hinata. Wajah Hinata seperti biasanya, merah.
"Sasu-kun, cobain deh es kopinya, gak terlalu manis kok." Hinata menyodorkan gelasnya yang tinggal setengah. Sasuke menerimanya dan menyeruput habis seluruh isinya.
"Sekarang Pulang!" Nada Sasuke berisikan perintah setelah minum es kopi dari istrinya. Sasuke menatap tajam Gaara. Gaara hanya terdiam di tempatnya.
"Sasu-kun mau lagi? Biar ku pesankan lagi?"
"Pulang!" akhirnya Hinata menurut. Sasuke menggenggam erat tangan Hinata. Hinata pun pamit pada Gaara.
.
.
.
"Sas, dari tadi di mobil kok diem aja?" mereka kini telah sampai di parkiran rumahnya. Sasuke tidak menjawab.
Hinata mengendikkan bahunya tidak peduli dan hendak keluar. Tetapi Sasuke menahan pintu Hinata agar tidak terbuka.
"Aku gak suka kamu deket-deket sama dia,"
"Dia? Gaara? Dia kan cuma temen, Sas."
"Aku gak peduli, selama kontrak ini belum beres, kamu ga boleh deket sama dia!"
"Di kontrak juga kan gak ada larangan kita temenan sama siapa aja."
"Dia jelas-jelas masih suka sama kamu Hinata. "
"Ga mungkin Sasu-kun, dia tau kok, kalau aku udah nikah sama kamu."
"Kamu tetep ga boleh ketemu dia titik." Sasuke kehilangan alasan.
"Ihh, terserah aku dong. Kenapa sih? Kamu cemburu?" sifat Hinata yang suka ngelawan balik lagi.
"Gak, ngapain cemburu, terserah lah" Sasuke langsung keluar dari mobil dan membanting pintunya cukup keras.
.
.
.
Sudah lebih dari 3 hari, Sasuke tidak bertanya jawab dengan Hinata. Sasuke sering melewatkan sarapan dan pulang larut malam.
Hinata berniat menanyakannya, karena Sasuke sudah melanggar peraturan dalam kontrak. Hinata menunggunya di sofa ruang TV. Jam sudah menunjukan hampir tengah malam ketika pintu rumah terbuka.
"Sas, kamu dari mana aja?" Hinata melipat lengan di dadanya, berusaha terlihat marah. Tetapi malah terlihat lucu bagi Sasuke.
"Main bareng dan nganter Sakura pulang!" Sasuke berjalan melewati Hinata masuk ke kamar. Hinata mengikutinya masuk ke kamar Sasuke.
"Kok gitu? Kamu inget kan peraturannya, kamu harus pulang sebelum makan malam, lagian bukan masalah kerja malah main sama Sakura lagi." Hinata makin cemberut, membuat Sasuke ingin melahap bibir Hinata namun Sasuke tetap menahan diri. Sasuke sebenarnya diam di kantor, mengerjakan pekerjaan yang sedang dikejar deadline.
Sasuke sengaja membuka kemejanya di depan Hinata, membuat Hinata gelagapan, dan kabur keluar kamar Sasuke.
"Pokoknya besok jangan telat pulang lagi!" Teriak Hinata di depan kamar Sasuke yang sudah tertutup. Sasuke tersenyum melihat tingkah Hinata.
.
.
.
Besoknya Hinata mengetuk pintu kamar Sasuke, memastikan Sasuke ikut sarapan dan tidak kabur lagi. Sasuke keluar dari kamarnya hanya menggunakan handuk di pinggang sampai ke lutut, rambutnya masih basah. Hinata yang kaget langsung membalikan badannya membelakangi Sasuke.
"A- ano, Sa- sarapannya sudah siap, Sa- Sasu-kun." Hinata tergagap, wajahnya kini memerah.
"Hn, apa aku harus kesana sekarang, atau berpakaian dulu?" goda Sasuke pada Hinata.
"Te- Tentu saja berpakaian dulu, a- aku akan me- menunggumu di sana." Hinata pun pergi meninggalkan Sasuke ke ruang makan.
.
.
"Sasu-kun, pokoknya pulangnya jangan telat lagi!"
"Hn."
"Dan jangan nganterin Sakura lagi."
"Kenapa?"
"Bukannya kamu bilang kalau dia masih menyukaimu Sasu-kun?" Hinata menunduk malu.
"Terus? Kita kan hanya teman kaya kamu sama Gaara." Sasuke tetap dengan wajah stoic nya.
"Ka- kalau kamu nganterin Sakura pulang, kamu yang jadi telat pulang."
"Hn," Sasuke malas untuk berdebat lagi.
"Oh ia Sas, kemarin Gaara mampir ke cafetaria."
"Ngapain?" suara Sasuke yang awalnya tenang mendadak berubah tajam. Tetapi wajahnya tetap datar.
"Dia menawarkan kerja sama, jadi Gaara mau jadi investor sayur-sayuran segar di cafetaria kita."
"Nggak boleh!"
"Tapi dia memberi diskon sampai 30%, barangnya diantar dia langsung lagi." Hinata berbicara layaknya pembisnis, tetapi Sasuke mengetahui maksud tersembunyi dari setan merah itu, mana mungkin perusahaannya yang sudah besar mau bekerja sama dengan cafetaria kecil milik Hinata.
"Tetap nggak boleh!" kata-kata Sasuke yang biasanya membuat seisi kantor terdiam ketakutan hanya membuat Hinata cemberut.
"Kenapa sih kamu nggak suka banget sama Gaara, padahalkan dia cuma menawarkan bisnis."
"Oke! Terserah, aku gak peduli!" Sasuke berdiri dan pergi ke kantor meninggalkan sarapannya yang masih setengah piring.
.
.
.
"Teme, hari ini kamu mau bikin berapa orang nangis sih?" Naruto menghampiri Sasuke di ruangannya saat istirahat makan siang. Dari tadi dia melihat orang yang masuk ke ruangan Sasuke, raut wajahnya seperti habis menangis setelah keluar dari ruangan itu.
"Urusai, Dobe!"
"Berantem sama Hinata ya?"
"Pergi sekarang dan jangan ganggu aku!" Sasuke tetap memandangi laptopnya, mengacuhkan pertanyaan Naruto.
"Benarkan? Pasti kalian sedang bertengkar. Kulihat kamu juga tidal membawa bekal." Naruto tidak berkeinginan beranjak dari ruangan Sasuke. Sasuke memutar bola matanya dan mengacuhkan Naruto.
"Sayang sekali, padahal aku ingin meminta jatah bekalmu. Kenapa kalian bertengkar? Apa ada orang ke tiga? Kamu pasti ya yang selingkuh?" Cecar Naruto.
"Bukan aku Dobe, tapi Hinata yang asik bertemu mantan pacarnya." Sasuke kali ini termakan umpan yang diberikan Narutol. Naruto malah tetawa mendengar cerita Sasuke, Sasuke melemparnya dengan mouse yang sedang dipegangnya, tetapi Naruto segera menangkapnya dan mengembalikannya ke Sasuke.
"Gomen, memangnya siapa mantan pacar istrimu itu?" Naruto mulai serius mendengarkan cerita Sasuke.
"Sabaku Gaara." Sasuke muak dengan hanya menyebutkan namanya saja.
"Oh, dia yang terkenal dengan julukan setan merah tampan itu, dia pengusaha pertanian di daerah Suna kan? Benar dugaanku, selera Hinata memang tinggi."
"Jangan memujinya, atau kau bukan sahabatku lagi Dobe! Si rambut merah itu jelas-jelas masih menyukai Hinata, itu membuatku muak." Sasuke benar-benar kesal.
"Sabar Teme, mungkin mereka hanya berteman, bicarakanlah dengan Hinata, aku yakin Hinata bukan wanita seperti itu." Naruto.
"Jangan berpikiran terlalu jauh tentang istriku Dobe! Cepat pergi!"
"Kalau kau selalu galak seperti ini, mungkin Hinata akan benar-benar berpaling darimu Teme." Naruto akhirnya pergi menuruti Sasuke yang sulit di ajak kompromi.
.
.
.
Walau sasuke marah dia tetap menepati janji dengan pulang tepat waktu.
Hinata yang tau kalau sasuke marah mencoba merayunya kembali dengan membuat masakan2 kesukaan Sasuke. Sasuke mengerti apa yang Hinata lakukan, tapi jangan harap amarahnya berhenti hanya karna sogokan makanan.
Sasuke makan dengan lahap tanpa berbicara sepatah katapun sampai selesai. Sasuke langsung pergi ke kamarnya. Hinata menghela nafas, padahal seluruh makanannya sudah kosong, tapi ternyata idenya kurang berhasil. Hinata yakin, siang hari sasuke tidak makan apapun melihat nafsu makannya tadi.
Hinata mengetuk pintu kamar Sasuke, Sasuke keluar kamar dengan wajah kesalnya.
"APA? " Bentak Sasuke membuat Hinata kaget dan menunduk sambil menautkan kedua jari-jarinya.
"Tadi Gaara sudah membawa contoh sayurannya, aku mau menolak tapi tidak enak." kata Hinata hampir menangis.
"Kubilang terserah. " Sasuke sedikit melembutkan kata2nya melihat Hinata yang ketakutan. Sasuke ingat kata-kata Naruto tadi siang.
"Jangan marah lagi dong Sas, " rayu Hinata yang matanya sudah mengeluarkan air mata.
"Aku ga marah," kata sasuke tidak tega.
"Beneran ga marah? Aku janji bakal cerita apa pun tentang pertemuan kita,"
"Aku ga mau tau. " Sasuke hampir menutup pintunya kembali saat Hinata berkata.
"Termasuk dia mengajakku makan malam? " tanya Hinata polos
"Berani beraninya dia!" Emosi Sasuke kembali memuncak, ia tidak jadi menutup pintunya. "Kapan? Dimana?"
"Katanya ga mau tau." Hinata terkikik melihat ekspresi Sasuke. Sasuke langsung salah tingkah.
"Kau menyuruhku selalu makan malam di rumah, sekarang kamu sendiri yang mau makan malam di luar, TIDAK BOLEH!"
"Aku sudah terlanjur mengiyakan, dan kubilang padanya kalau aku akan mengajakmu. Aku tidak begitu mengerti dunia bisnis."
"Baiklah, aku ikut!" kata Sasuke sambil menutup pintunya. Hinata tersenyum melihat tingkah Sasuke.
.
.
.
Hinata dan Sasuke datang di restaurant yang dijadwalkan, Sasuke tak pernah lepas memegang tangan Hinata, Hinata berpakaian simpel namun terlihat manis, Sasuke marah melihat Hinata berpakaian manis seperti itu, tapi Hinata menanggapinya dengan mengecup pipi Sasuke sambil tersenyum malu dan menggandeng tangan Sasuke ke mobil.
Gaara tidak terkejut, Hinata datang bersama suaminya. Mereka terlihat sangat serasi dan mesra membuat Gaara sedikit menciut. Tetapi tetap menerima tamunya dengan ramah.
Saat akan menjabat tangan Hinata, Sasuke menyambet tangan Gaara dan menggantikan Hinata menyalaminya plus deathglare gratis dari Sasuke. Gaara gelagapan langsung mempersilakan mereka duduk.
Sasuke terus menempel pada istrinya, mulai dari mengalengkan tangannya di bahu Hinata, memegang tangan Hinata dan sesekali mengacak-acak rambut Hinata. Hinata yang merasa tidak keberatan hanya diam dan tertunduk malu. Gaara terlihat semakin panas melihat hal itu.
Selama makan malam, Gaara mencoba berbicara bisnis dengan Hinata, tetapi Sasuke selalu menanggapi pertanyaan yang sebenarnya diajukan Gaara untuk Hinata.
Hinata sendiri sedang sibuk mencicipi hidangan yang tersaji sambil memberikan komentar-komentar kecil.
"Sasu-kun, coba makanan ini deh, enak, tapi kurang sedikit merica dan dagingnya kurang matang." Sasuke tidak menanggapinya karena sedang asik berbicara dengan Gaara.
"Kalau yang ini enak, matangnya pas dan pasti mereka memakai perasan lemon untuk sausnya."
"Minumannya juga enak, tapi jusnya terlalu banyak gula, kamu pasti gak suka Sas." Hinata masih mengoceh tentang makanan. "Boleh aku mencoba makananmu?" Hinata mencicipi makanan di piring Sasuke.
"Emm, ini enak sekali, kamu suka Sasu-kun?"
"Hn" jawab Sasuke sekenanya. Sasuke masih menanggapi beberapa pertanyaan dari Gaara
"Pantas kamu suka, ini semua enak. Aku akan mencoba membuatnya di rumah nanti." kata Hinata puas tentang mengomentari makanannya.
Melihat suasana menjadi kurang kondusif untuk berbisnis, Gaara pun pamit. Sasuke dalam hati meneriakan kemenangannya karena membuat Gaara mundur. Sasuke tersenyum.
"Kenapa kamu senyum Sasu-kun?" tanya Hinata heran. Sasuke berdeham dan segera memasang wajah datarnya lagi.
.
.
.
Tbc
Hinata sedang berbelanja karena bahan makanan di rumahnya habis, Hinata juga berniat untuk menambahkan menu baru dalam cafetarianya, hingga dia membeli banyak macam sayur dan daging untuk dicobanya di rumah.
Hinata mengirimkan pesan pada Sasuke.
From : Hinata
To : Sasu-kun
Subject : makan malam
Aku sedang berbelanja, apa kamu suka sup jagung? Untuk makan malam.
Dia mendapat balasan dari Sasuke
From : Sasu-kun
To : Hinata
Subject : re : makan malam
Terserah.
Jangan manis!
Hinata kembali mendapat pesan dari Sasuke.
From : Sasu-kun
To : Hinata
Subject : tomat
Beli tomat! Di rumah habis.
Gadis manis itu tersenyum, tentu dia yang paling tau kalau stok tomat di rumahnya sudah habis. Karena tiap malam Sasuke selalu minta dibuatkan jus tomat.
From : Hinata
To : Sasu-kun
Subject : re : tomat
Semua tomat disini sudahku beli. Cukup untuk sebulan kedepan!
Hinata tersenyum saat mengirimkan pesannya.
From : Sasu-kun
To : Hinata
Subject : borong
Kamu bercanda? Aku gak mau makan tomat busuk setelah seminggu kedepan.
Masih disana? Tunggu aku jemput.
Hinata akan membalas tidak perlu, ketika troli yang dibawanya tersenggol seseorang.
"Kita berjumpa lagi Hinata."
"Gaara-san? Kamu belanja juga?"
Gaara mengangguk. "Gimana kalau kita ngobrol dulu di cafe sebelah?"
Hinata mempertimbangkan sebentar lalu mengangguk. Kemudian dia mengirim pesan pada Sasuke.
From : Hinata
To : Sasuke
Subject : jemput
Ok! Tapi jemput aku di cafe sebelah super market ya, kebetulan ketemu gaara, sekalian nunggu kamu.
Mereka pun pergi ke cafe sebelah.
.
.
.
"Apa kamu kenal Shikamaru?" tanya Hinata, pelayan baru saja mengantarkan pesanan Mereka.
"Shikamaru?" Gaara berpikir sejenak. "Oh, tidak, aku kenal dengan Ino. Dia sekretarisku."
"Ohh," Hinata mulai menyeruput es kopi pesanannya. "Ini enak, tidak terlalu manis, Sasu-kun pasti suka."
"Suamimu tidak suka manis?"
"Ia, dia paling gak suka manis, makanan juga banyak yang dia gak suka, aku jadi harus banyak memilih menu masakan yang bisa dia makan." Hinata cemberut mengingat betapa pemilihnya Sasuke.
"Suamimu pasti senang bisa punya istri sepertimu?"
Hinata menggeleng sambil menyeruput kembali esnya. "Dia kadang suka menyuruhku diam atau pergi, kalau sedang marah kata-katanya biasanya tajam dan menusuk." Hinata berfikir sebentar. "Sebenernya dia orang yang baik banget, perhatian, dan selalu menepati janji. Tapi ngomongnya aja yang sedikit kejam."
"Membicarakanku, Hime?" Hinata kaget karena orang yang baru saja di omongkan ada di belakangnya.
"Sa- Sasu-kun, kamu mengagetkanku saja." Sasuke kemudian menunduk untuk mencium pipi Hinata. Wajah Hinata seperti biasanya, merah.
"Sasu-kun, cobain deh es kopinya, gak terlalu manis kok." Hinata menyodorkan gelasnya yang tinggal setengah. Sasuke menerimanya dan menyeruput habis seluruh isinya.
"Sekarang Pulang!" Nada Sasuke berisikan perintah setelah minum es kopi dari istrinya. Sasuke menatap tajam Gaara. Gaara hanya terdiam di tempatnya.
"Sasu-kun mau lagi? Biar ku pesankan lagi?"
"Pulang!" akhirnya Hinata menurut. Sasuke menggenggam erat tangan Hinata. Hinata pun pamit pada Gaara.
.
.
.
"Sas, dari tadi di mobil kok diem aja?" mereka kini telah sampai di parkiran rumahnya. Sasuke tidak menjawab.
Hinata mengendikkan bahunya tidak peduli dan hendak keluar. Tetapi Sasuke menahan pintu Hinata agar tidak terbuka.
"Aku gak suka kamu deket-deket sama dia,"
"Dia? Gaara? Dia kan cuma temen, Sas."
"Aku gak peduli, selama kontrak ini belum beres, kamu ga boleh deket sama dia!"
"Di kontrak juga kan gak ada larangan kita temenan sama siapa aja."
"Dia jelas-jelas masih suka sama kamu Hinata. "
"Ga mungkin Sasu-kun, dia tau kok, kalau aku udah nikah sama kamu."
"Kamu tetep ga boleh ketemu dia titik." Sasuke kehilangan alasan.
"Ihh, terserah aku dong. Kenapa sih? Kamu cemburu?" sifat Hinata yang suka ngelawan balik lagi.
"Gak, ngapain cemburu, terserah lah" Sasuke langsung keluar dari mobil dan membanting pintunya cukup keras.
.
.
.
Sudah lebih dari 3 hari, Sasuke tidak bertanya jawab dengan Hinata. Sasuke sering melewatkan sarapan dan pulang larut malam.
Hinata berniat menanyakannya, karena Sasuke sudah melanggar peraturan dalam kontrak. Hinata menunggunya di sofa ruang TV. Jam sudah menunjukan hampir tengah malam ketika pintu rumah terbuka.
"Sas, kamu dari mana aja?" Hinata melipat lengan di dadanya, berusaha terlihat marah. Tetapi malah terlihat lucu bagi Sasuke.
"Main bareng dan nganter Sakura pulang!" Sasuke berjalan melewati Hinata masuk ke kamar. Hinata mengikutinya masuk ke kamar Sasuke.
"Kok gitu? Kamu inget kan peraturannya, kamu harus pulang sebelum makan malam, lagian bukan masalah kerja malah main sama Sakura lagi." Hinata makin cemberut, membuat Sasuke ingin melahap bibir Hinata namun Sasuke tetap menahan diri. Sasuke sebenarnya diam di kantor, mengerjakan pekerjaan yang sedang dikejar deadline.
Sasuke sengaja membuka kemejanya di depan Hinata, membuat Hinata gelagapan, dan kabur keluar kamar Sasuke.
"Pokoknya besok jangan telat pulang lagi!" Teriak Hinata di depan kamar Sasuke yang sudah tertutup. Sasuke tersenyum melihat tingkah Hinata.
.
.
.
Besoknya Hinata mengetuk pintu kamar Sasuke, memastikan Sasuke ikut sarapan dan tidak kabur lagi. Sasuke keluar dari kamarnya hanya menggunakan handuk di pinggang sampai ke lutut, rambutnya masih basah. Hinata yang kaget langsung membalikan badannya membelakangi Sasuke.
"A- ano, Sa- sarapannya sudah siap, Sa- Sasu-kun." Hinata tergagap, wajahnya kini memerah.
"Hn, apa aku harus kesana sekarang, atau berpakaian dulu?" goda Sasuke pada Hinata.
"Te- Tentu saja berpakaian dulu, a- aku akan me- menunggumu di sana." Hinata pun pergi meninggalkan Sasuke ke ruang makan.
.
.
"Sasu-kun, pokoknya pulangnya jangan telat lagi!"
"Hn."
"Dan jangan nganterin Sakura lagi."
"Kenapa?"
"Bukannya kamu bilang kalau dia masih menyukaimu Sasu-kun?" Hinata menunduk malu.
"Terus? Kita kan hanya teman kaya kamu sama Gaara." Sasuke tetap dengan wajah stoic nya.
"Ka- kalau kamu nganterin Sakura pulang, kamu yang jadi telat pulang."
"Hn," Sasuke malas untuk berdebat lagi.
"Oh ia Sas, kemarin Gaara mampir ke cafetaria."
"Ngapain?" suara Sasuke yang awalnya tenang mendadak berubah tajam. Tetapi wajahnya tetap datar.
"Dia menawarkan kerja sama, jadi Gaara mau jadi investor sayur-sayuran segar di cafetaria kita."
"Nggak boleh!"
"Tapi dia memberi diskon sampai 30%, barangnya diantar dia langsung lagi." Hinata berbicara layaknya pembisnis, tetapi Sasuke mengetahui maksud tersembunyi dari setan merah itu, mana mungkin perusahaannya yang sudah besar mau bekerja sama dengan cafetaria kecil milik Hinata.
"Tetap nggak boleh!" kata-kata Sasuke yang biasanya membuat seisi kantor terdiam ketakutan hanya membuat Hinata cemberut.
"Kenapa sih kamu nggak suka banget sama Gaara, padahalkan dia cuma menawarkan bisnis."
"Oke! Terserah, aku gak peduli!" Sasuke berdiri dan pergi ke kantor meninggalkan sarapannya yang masih setengah piring.
.
.
.
"Teme, hari ini kamu mau bikin berapa orang nangis sih?" Naruto menghampiri Sasuke di ruangannya saat istirahat makan siang. Dari tadi dia melihat orang yang masuk ke ruangan Sasuke, raut wajahnya seperti habis menangis setelah keluar dari ruangan itu.
"Urusai, Dobe!"
"Berantem sama Hinata ya?"
"Pergi sekarang dan jangan ganggu aku!" Sasuke tetap memandangi laptopnya, mengacuhkan pertanyaan Naruto.
"Benarkan? Pasti kalian sedang bertengkar. Kulihat kamu juga tidal membawa bekal." Naruto tidak berkeinginan beranjak dari ruangan Sasuke. Sasuke memutar bola matanya dan mengacuhkan Naruto.
"Sayang sekali, padahal aku ingin meminta jatah bekalmu. Kenapa kalian bertengkar? Apa ada orang ke tiga? Kamu pasti ya yang selingkuh?" Cecar Naruto.
"Bukan aku Dobe, tapi Hinata yang asik bertemu mantan pacarnya." Sasuke kali ini termakan umpan yang diberikan Narutol. Naruto malah tetawa mendengar cerita Sasuke, Sasuke melemparnya dengan mouse yang sedang dipegangnya, tetapi Naruto segera menangkapnya dan mengembalikannya ke Sasuke.
"Gomen, memangnya siapa mantan pacar istrimu itu?" Naruto mulai serius mendengarkan cerita Sasuke.
"Sabaku Gaara." Sasuke muak dengan hanya menyebutkan namanya saja.
"Oh, dia yang terkenal dengan julukan setan merah tampan itu, dia pengusaha pertanian di daerah Suna kan? Benar dugaanku, selera Hinata memang tinggi."
"Jangan memujinya, atau kau bukan sahabatku lagi Dobe! Si rambut merah itu jelas-jelas masih menyukai Hinata, itu membuatku muak." Sasuke benar-benar kesal.
"Sabar Teme, mungkin mereka hanya berteman, bicarakanlah dengan Hinata, aku yakin Hinata bukan wanita seperti itu." Naruto.
"Jangan berpikiran terlalu jauh tentang istriku Dobe! Cepat pergi!"
"Kalau kau selalu galak seperti ini, mungkin Hinata akan benar-benar berpaling darimu Teme." Naruto akhirnya pergi menuruti Sasuke yang sulit di ajak kompromi.
.
.
.
Walau sasuke marah dia tetap menepati janji dengan pulang tepat waktu.
Hinata yang tau kalau sasuke marah mencoba merayunya kembali dengan membuat masakan2 kesukaan Sasuke. Sasuke mengerti apa yang Hinata lakukan, tapi jangan harap amarahnya berhenti hanya karna sogokan makanan.
Sasuke makan dengan lahap tanpa berbicara sepatah katapun sampai selesai. Sasuke langsung pergi ke kamarnya. Hinata menghela nafas, padahal seluruh makanannya sudah kosong, tapi ternyata idenya kurang berhasil. Hinata yakin, siang hari sasuke tidak makan apapun melihat nafsu makannya tadi.
Hinata mengetuk pintu kamar Sasuke, Sasuke keluar kamar dengan wajah kesalnya.
"APA? " Bentak Sasuke membuat Hinata kaget dan menunduk sambil menautkan kedua jari-jarinya.
"Tadi Gaara sudah membawa contoh sayurannya, aku mau menolak tapi tidak enak." kata Hinata hampir menangis.
"Kubilang terserah. " Sasuke sedikit melembutkan kata2nya melihat Hinata yang ketakutan. Sasuke ingat kata-kata Naruto tadi siang.
"Jangan marah lagi dong Sas, " rayu Hinata yang matanya sudah mengeluarkan air mata.
"Aku ga marah," kata sasuke tidak tega.
"Beneran ga marah? Aku janji bakal cerita apa pun tentang pertemuan kita,"
"Aku ga mau tau. " Sasuke hampir menutup pintunya kembali saat Hinata berkata.
"Termasuk dia mengajakku makan malam? " tanya Hinata polos
"Berani beraninya dia!" Emosi Sasuke kembali memuncak, ia tidak jadi menutup pintunya. "Kapan? Dimana?"
"Katanya ga mau tau." Hinata terkikik melihat ekspresi Sasuke. Sasuke langsung salah tingkah.
"Kau menyuruhku selalu makan malam di rumah, sekarang kamu sendiri yang mau makan malam di luar, TIDAK BOLEH!"
"Aku sudah terlanjur mengiyakan, dan kubilang padanya kalau aku akan mengajakmu. Aku tidak begitu mengerti dunia bisnis."
"Baiklah, aku ikut!" kata Sasuke sambil menutup pintunya. Hinata tersenyum melihat tingkah Sasuke.
.
.
.
Hinata dan Sasuke datang di restaurant yang dijadwalkan, Sasuke tak pernah lepas memegang tangan Hinata, Hinata berpakaian simpel namun terlihat manis, Sasuke marah melihat Hinata berpakaian manis seperti itu, tapi Hinata menanggapinya dengan mengecup pipi Sasuke sambil tersenyum malu dan menggandeng tangan Sasuke ke mobil.
Gaara tidak terkejut, Hinata datang bersama suaminya. Mereka terlihat sangat serasi dan mesra membuat Gaara sedikit menciut. Tetapi tetap menerima tamunya dengan ramah.
Saat akan menjabat tangan Hinata, Sasuke menyambet tangan Gaara dan menggantikan Hinata menyalaminya plus deathglare gratis dari Sasuke. Gaara gelagapan langsung mempersilakan mereka duduk.
Sasuke terus menempel pada istrinya, mulai dari mengalengkan tangannya di bahu Hinata, memegang tangan Hinata dan sesekali mengacak-acak rambut Hinata. Hinata yang merasa tidak keberatan hanya diam dan tertunduk malu. Gaara terlihat semakin panas melihat hal itu.
Selama makan malam, Gaara mencoba berbicara bisnis dengan Hinata, tetapi Sasuke selalu menanggapi pertanyaan yang sebenarnya diajukan Gaara untuk Hinata.
Hinata sendiri sedang sibuk mencicipi hidangan yang tersaji sambil memberikan komentar-komentar kecil.
"Sasu-kun, coba makanan ini deh, enak, tapi kurang sedikit merica dan dagingnya kurang matang." Sasuke tidak menanggapinya karena sedang asik berbicara dengan Gaara.
"Kalau yang ini enak, matangnya pas dan pasti mereka memakai perasan lemon untuk sausnya."
"Minumannya juga enak, tapi jusnya terlalu banyak gula, kamu pasti gak suka Sas." Hinata masih mengoceh tentang makanan. "Boleh aku mencoba makananmu?" Hinata mencicipi makanan di piring Sasuke.
"Emm, ini enak sekali, kamu suka Sasu-kun?"
"Hn" jawab Sasuke sekenanya. Sasuke masih menanggapi beberapa pertanyaan dari Gaara
"Pantas kamu suka, ini semua enak. Aku akan mencoba membuatnya di rumah nanti." kata Hinata puas tentang mengomentari makanannya.
Melihat suasana menjadi kurang kondusif untuk berbisnis, Gaara pun pamit. Sasuke dalam hati meneriakan kemenangannya karena membuat Gaara mundur. Sasuke tersenyum.
"Kenapa kamu senyum Sasu-kun?" tanya Hinata heran. Sasuke berdeham dan segera memasang wajah datarnya lagi.
.
.
.
Tbc
SasuHina - Matchmaking part 4
Ada di wattpad SasuHina - Matchmaking
Minggu pagi, Hinata keluar dari kamarnya untuk memulai aktifitas favoritnya, memasak sarapan. Tiba-tiba dia mendengar bunyi kerasak kerusuk di tempat penyimpanan sepatu. Hinata menghampiri sumber suara.
Ternyata Sasuke yang sedang memilih sepatu untuk lari.
"Sasu-kun, kamu mau kemana?"
"Lari pagi."
"Boleh aku ikut?" Hinata bertanya dengan wajah ceria.
"Nggak!" Sasuke seperti biasa, ketus.
"Ayolah Sasu-kun. Aku bosan di rumah." Hinata menatap Sasuke dengan jurus puppy eyes nya.
"Baiklah" Sasuke menghela nafasnya "Cepat! Atau kutinggal."
Hinata tersenyum ceria sambil berlari ke kamar untuk bersiap.
.
.
Mereka berlari bersama, Sasuke mengenakan celana pendek berwarna biru tua dan kaos putih longgar. Hinata mengenakan leeging selutut berwarna ungu dan kaos putih.
Sasuke biasanya sering lari pagi bila jadwal kerjanya tidak penuh, atau bila hari libur seperti sekarang.
"Sasu-kun, berhenti dulu ya, aku cape." Hinata dengan nafas ngos-ngosan menarik kaos Sasuke meminta berhenti.
"Ck, kamu duduk aja disini, aku masih mau lari." Sasuke melepas tangan Hinata di kaosnya menyuruhnya duduk di bangku Taman dan berlari mengitar daerah sekitar rumahnya sendirian.
Hinata melihat kios penjual takoyaki, dan segera menghampirinya. Setelah membeli takoyaki, Hinata kembali ke bangku tempatnya menunggu Sasuke.
10 menit berlalu, Sasuke kembali ke tempat Hinata bersama Sakura yang juga memakai pakaian lari.
"Ternyata sama istri kamu Sasuke-kun?" tanya Sakura dengan wajah cemberut.
"Hn." Sasuke mengambil botol air minum di sebelah tempat duduk Hinata. Hinata sendiri sedang asik mengunyah takoyaki yang tadi dibelinya. Hinata hanya bisa tersenyum pada Sakura karena mulutnya masih sibuk mengunyah. Namun Sakura tampaknya tidak melihat Hinata sama sekali dan hanya menatap Sasuke yang sedang minum.
Sasuke duduk di pinggir Hinata, dan Sakura duduk di sebelah Sasuke di sisi yang satu lagi.
Hinata hendak menyuap lagi takoyakinya, tiba-tiba Sasuke menarik tangan hinata dan mengarahkan takoyaki itu ke mulutnya sendiri. Hinata cemberut sebal, makanannya direbut Sasuke. Sasuke mengunyah takoyaki dengan wajah datar tanpa dosa.
"Kamu mau takoyakinya Sasuke-kun? itu kiosnya, kita beli kesana saja yuk!" ajak Sakura.
"Aku minta punya Hime saja." Sasuke menarik tangan Hinata lagi ke mulutnya. Hinata makin cemberut karena dia belum memakan takoyakinya lagi semenjak sasuke datang. Sasuke sedikit tersenyum.
"Ia tuh, beli saja takoyakinya sendiri sana. Ini kan punya aku Sasu-kun."
"Apa? Kau mau menyuapiku lagi Hime?" Sasuke berpura-pura tidak mendengar ocehan Hinata, dia mengalungkan tangannya di bahu Hinata sambil tersenyum menggoda Hinata, Hinata tertunduk malu, wajahnya kini memerah seperti tomat.
Sakura yang melihat kemesraan Hinata dan Sasuke, makin cemberut dan langsung pergi tanpa pamit. Sasuke tetap dengan ekspresi datarnya, sedangkan Hinata menatap kepergian Sakura dengan tatapan bingung.
"Sakura keliatannya sedang marah Sasu-kun?"
"Jangan pedulikan dia, Hinata." Sasuke melepaskan rangkulannya di bahu Hinata.
"Ini pasti gara-gara kamu Sasu-kun, tiap dia bertanya padamu, kamu pasti menjawabnya dengan sinis, bukankah dia sahabatmu Sasu-kun?"
"Kalau dia marah karena masalah itu, dia pasti bukan sahabatku dari dulu Hinata." Sasuke sedikit kesal karena ketidak pekaan Hinata. Sasuke jelas tau mengapa Sakura marah.
"Kamu benar Sas, aku heran pada Sakura, kenapa dia mau bersahabat dengan orang sombong sepertimu ya?"
"Karena dia menyukaiku, bodoh!"
Hinata diam sebentar untuk mencerna kata-kata Sasuke, semua mulai terlihat masuk akal sekarang.
"Ber- berarti, dia marah karena cemburu padaku?" Hinata mengingat tadi Sasuke merangkul pundaknya.
"Hn."
"Apa harus ku kejar Sasu-kun? Aku merasa tidak enak padanya."
"Gak usah, aaa" Sasuke membuka mulutnya meminta Hinata menyuapi sisa takoyaki ke mulut Sasuke.
"Ni abisin semua nya. Dasar cowok gak punya perasaan!" Hinata memasukan tiga takoyaki sekaligus ke mulut Sasuke, sehingga mulut Sasuke langsung penuh dan hampir tersedak. Hinata melangkah pergi membawa botol minumnya meninggalkan Sasuke yang masih terbatuk dan butuh minum.
.
.
.
Mikoto meminta Sasuke dan Hinata menginap lagi di rumahnya selama 2 hari, karena Itachi dan keluarganya datang. Setelah menerima telepon dari Mikoto, Hinata menyerahkan tugas di cafetaria kepada Tenten, sahabat Hinata yang juga bekerja di cafetaria itu.
"Moshi moshi, Sasu-kun!" Hinata menelepon sebelum berangkat ke rumah Mikoto
"Apa?" Sasuke to the point.
"Apa mama sudah meneleponmu?"
"Sudah, kamu pergi duluan saja, aku ada meeting, aku kesana sebelum makan malam." Sasuke langsung menutup teleponnya seperti biasa. Hinata berangkat ke rumah Mikoto menggunakan taksi.
.
.
"Mama! Hinata kangen sama Mama." Hinata memeluk Mikoto dengan erat.
"Ia sayang, Mama juga kangen sama kamu Hinata-chan." Mikoto membalas pelukan menantu kesayangannya. Dan mengajaknya ke ruang keluarga.
"Hinata-oneechan, Kazuma punya mainan bayu." Kazuma menarik tangan Hinata dan membawanya ke dekat mainannya. Diperlihatkannya mainan berupa robot gorila yang dapat berjalan sambil memukul-mukul dadanya.
Di sana ternyata ada Itachi, Izumi istrinya dan anak laki-laki berumur 3 tahun yang lucu bernama Kazuma.
"Itachi-nisan, kapan datang?" tanya Hinata
"Baru tadi pagi, Kazuma kangen sama Neneknya." Kata Itachi sambil melirik anak kesayangannya. "Dimana Baka Sasuke?"
"Dia sedang ada meeting penting, sebelum makan malam juga pulang."
"Ck, dasar baka Sasuke, selalu sibuk bekerja. Apa dia masih sering pulang tengah malam?" Itachi merasa beruntung Uchiha Corp di turunkan kepada Sasuke. Awalnya Fugaku memberikan semua saham Uchiha Corp pada Itachi, tapi Itachi menolak dan memilih menjadi dokter spesialis bedah di rumah sakit yang masih dalam naungan Uchiha Corp. Itachi hanya menginginkan rumah sakit itu, dan Sasuke dengan senang hati menerima semua sisa saham Uchiha Corp.
Hinata menggelengkan kepalanya. "Dia pulang sebelum makan malam, dia biasanya membawa pekerjaannya ke rumah, yang dikerjakan setelah dia selesai makan."
Itachi menggeleng tidak percaya, sasuke jarang membawa pekerjaannya ke rumah, dia lebih senang mengerjakannya di kantor sampai larut malam. Saat senggang pun biasanya Sasuke sering melewatkan makan malamnya untuk sekedar membaca buku di kamarnya.
Mereka mengobrol sampai menjelang sore, Itachi dan Mikoto menemani Kazuma bermain, sedangkan Izumi dan Hinata berada di dapur menyiapkan makan malam.
.
.
Sasuke datang tepat ketika Fugaku datang. semua sudah menunggu di meja makan. Mereka menyampirkan jas dan tas kantornya di sofa, dan menghampiri yang lain di meja makan.
Itachi tersenyum menggoda saat Sasuke mencium kening Hinata. Sasuke melakukan itu karena dia sering melihat Fugaku melakukan itu pada Mikoto saat pulang kerja. Sasuke langsung memberikan deathglare kepada Itachi. Hinata pun merona malu.
"Ternyata benar kata mama, kamu tambah gemuk Sasuke." Goda Itachi
"Urusai," Sasuke menatapnya tajam.
Mikoto, Izumi dan Hinata terkikik pelan, Fugaku hanya terdiam, Kazuma melamun tidak mengerti.
Hinata memberikan Sasuke nasi dan lauknya, tetapi Sasuke memintanya mengurangi porsi nasinya.
"Biasanya kan segini sasu-kun"
"Aku tidak terlalu lapar," kata Sasuke, itachi hanya menahan tawanya. Izumi menyenggol suaminya untuk diam.
Saat makan, Itachi selalu menggoda adiknya, Sasuke selalu menjawabnya dengan kata-kata tajam. Tetapi kata-kata tajam Sasuke rupanya tidak mempan pada Itachi.
Selesai makan, mereka berkumpul di ruang keluarga. Kazuma memamerkan robot gorilanya pada Sasuke.
"Kata papa, Goyila ini miyip Sasuke Ojiisan kalau sedang mayah." Kata-kata polos Kazuma membuat semua orang tertawa-tawa kecuali Sasuke yang wajahnya merah padam karena marah.
Bilang pada papa bakamu, dia yang lebih mirip gorila di bandingkan aku." kata Sasuke sebal sambil memberikan deathglare pada kakaknya, Itachi.
Semua mengobrol bersama sambil tertawa, sampai satu-persatu mengundurkan diri ke kamar untuk tidur.
.
.
Keesokan paginya, Hinata terbangun dan merasa tangan, perut dan kakinya terhimpit benda berat. Setelah kesadarannya kembali, dilihatnya Sasuke sedang memeluk dirinya. Kakinya menindih kaki Hinata, nafas Sasuke terasa di pipi Hinata. Membuat wajah Hinata memerah. Hinata ingin teriak, tetapi dirinya ingat, di sebelah kamar ini adalah kamar Itachi.
Hinata berusaha memindahkan tangan Sasuke yang lumayan berat, Sasuke terbangun dari tidurnya dan mengangkat kaki dan tangannya sendiri di badan Hinata. Sasuke lalu mengambil handphone di meja pinggir ranjang.
"Damn," Sasuke terlompat dari kasur setelah melihat jam di handphonenya dan segera ke kamar mandi. Hinata ikut melihat handphone miliknya untuk melihat jam, benar saja sekarang sudah pukul 6 pagi. Biasanya Sasuke bangun pukul 5 dan berangkat kerja pukul setengah 7, tapi karena jarak dari rumah Mikoto dan kantor lebih jauh, Sasuke harusnya bangun lebih pagi lagi.
"Hinata, tolong siapkan baju yang akan ku pakai kerja!" Pinta Sasuke dari kamar mandi. Hinata menurut dan menyiapkannya di atas kasur. Harusnya Hinata marah karena Sasuke seenaknya menindih tubuhnya, Hinata malah membantu Sasuke menyiapkan baju.
Akhirnya Hinata pergi ke dapur siapa tau ada yang bisa dibantunya, karena saat ini sarapan pasti sudah hampir siap. Dan dugaannya benar, semuanya telah siap, mereka semua menunggu Hinata dan Sasuke yang belum juga keluar dari kamar, membuat Hinata menunduk malu.
"Ma, Izumi-nechan maaf, Hinata gak bantuin, Hinata sama Sasuke telat bangun."
"Gak apa-apa sayang, mama ngemaklumin kalian kok." Mama tersenyum, seperti menyembunyikan sesuatu.
"Sasuke masih mandi ma. Mama kenapa ga bangunin Hinata sih?"
"Ngapain dibangunin, kalian masih keitung pengantin baru, nanti mama malah ngeganggu lagi." kata Mikoto dengan senyum menggoda menantunya.
"Ngeganggu apa ma? Gak ganggu kok." Hinata tidak mengerti.
Sasuke keluar dari kamarnya menghampiri yang lain di meja makan.
"Aku berangkat sekarang, Hime. Ada meeting pagi ini." Sasuke menatap Hinata.
"Gak akan sarapan dulu? Bekalnya belum aku siapkan Sasu-kun."
"Gak usah, lama!"
"Dasinya masih berantakan tu, Hinata tolong rapikan dasi suami mu dulu." pinta Mikoto.
Hinata menuruti Mikoto. Saat menghadap Sasuke, Hinata berekspresi cemberut.
"Baka ototou, tumben bisa telat bangun?" Itachi mulai menggoda adiknya lagi. Namun Sasuke tidak membalas ejekan kakaknya.
"Ia nih, Sasu-kun tumben telat, mana nindihin Hinata lagi. Kan berat." Hinata menimpali dengan polos. Wajah Sasuke sedikit memerah karena malu dan kesal karena kepolosan Hinata.
"Gara-gara kamu tidurnya mukulin terus, kalau nggak mukul, tendang, hampir jatuh dari ranjang, jadi aku jagain tangan sama kaki kamu, Hime." Sasuke setengah marah, mencubit pipi chubby Hinata. Hinata hanya mengaduh kesakitan. Mikoto, itachi, dan Izumi pun tertawa melihat Sasuke yang sangat berbeda dari biasanya. Fugaku hanya tersenyum melihat tingkah anaknya.
Sasuke yang merasa malu, memilih untuk segera berangkat ke kantornya.
.
.
.
Tbc
Minggu pagi, Hinata keluar dari kamarnya untuk memulai aktifitas favoritnya, memasak sarapan. Tiba-tiba dia mendengar bunyi kerasak kerusuk di tempat penyimpanan sepatu. Hinata menghampiri sumber suara.
Ternyata Sasuke yang sedang memilih sepatu untuk lari.
"Sasu-kun, kamu mau kemana?"
"Lari pagi."
"Boleh aku ikut?" Hinata bertanya dengan wajah ceria.
"Nggak!" Sasuke seperti biasa, ketus.
"Ayolah Sasu-kun. Aku bosan di rumah." Hinata menatap Sasuke dengan jurus puppy eyes nya.
"Baiklah" Sasuke menghela nafasnya "Cepat! Atau kutinggal."
Hinata tersenyum ceria sambil berlari ke kamar untuk bersiap.
.
.
Mereka berlari bersama, Sasuke mengenakan celana pendek berwarna biru tua dan kaos putih longgar. Hinata mengenakan leeging selutut berwarna ungu dan kaos putih.
Sasuke biasanya sering lari pagi bila jadwal kerjanya tidak penuh, atau bila hari libur seperti sekarang.
"Sasu-kun, berhenti dulu ya, aku cape." Hinata dengan nafas ngos-ngosan menarik kaos Sasuke meminta berhenti.
"Ck, kamu duduk aja disini, aku masih mau lari." Sasuke melepas tangan Hinata di kaosnya menyuruhnya duduk di bangku Taman dan berlari mengitar daerah sekitar rumahnya sendirian.
Hinata melihat kios penjual takoyaki, dan segera menghampirinya. Setelah membeli takoyaki, Hinata kembali ke bangku tempatnya menunggu Sasuke.
10 menit berlalu, Sasuke kembali ke tempat Hinata bersama Sakura yang juga memakai pakaian lari.
"Ternyata sama istri kamu Sasuke-kun?" tanya Sakura dengan wajah cemberut.
"Hn." Sasuke mengambil botol air minum di sebelah tempat duduk Hinata. Hinata sendiri sedang asik mengunyah takoyaki yang tadi dibelinya. Hinata hanya bisa tersenyum pada Sakura karena mulutnya masih sibuk mengunyah. Namun Sakura tampaknya tidak melihat Hinata sama sekali dan hanya menatap Sasuke yang sedang minum.
Sasuke duduk di pinggir Hinata, dan Sakura duduk di sebelah Sasuke di sisi yang satu lagi.
Hinata hendak menyuap lagi takoyakinya, tiba-tiba Sasuke menarik tangan hinata dan mengarahkan takoyaki itu ke mulutnya sendiri. Hinata cemberut sebal, makanannya direbut Sasuke. Sasuke mengunyah takoyaki dengan wajah datar tanpa dosa.
"Kamu mau takoyakinya Sasuke-kun? itu kiosnya, kita beli kesana saja yuk!" ajak Sakura.
"Aku minta punya Hime saja." Sasuke menarik tangan Hinata lagi ke mulutnya. Hinata makin cemberut karena dia belum memakan takoyakinya lagi semenjak sasuke datang. Sasuke sedikit tersenyum.
"Ia tuh, beli saja takoyakinya sendiri sana. Ini kan punya aku Sasu-kun."
"Apa? Kau mau menyuapiku lagi Hime?" Sasuke berpura-pura tidak mendengar ocehan Hinata, dia mengalungkan tangannya di bahu Hinata sambil tersenyum menggoda Hinata, Hinata tertunduk malu, wajahnya kini memerah seperti tomat.
Sakura yang melihat kemesraan Hinata dan Sasuke, makin cemberut dan langsung pergi tanpa pamit. Sasuke tetap dengan ekspresi datarnya, sedangkan Hinata menatap kepergian Sakura dengan tatapan bingung.
"Sakura keliatannya sedang marah Sasu-kun?"
"Jangan pedulikan dia, Hinata." Sasuke melepaskan rangkulannya di bahu Hinata.
"Ini pasti gara-gara kamu Sasu-kun, tiap dia bertanya padamu, kamu pasti menjawabnya dengan sinis, bukankah dia sahabatmu Sasu-kun?"
"Kalau dia marah karena masalah itu, dia pasti bukan sahabatku dari dulu Hinata." Sasuke sedikit kesal karena ketidak pekaan Hinata. Sasuke jelas tau mengapa Sakura marah.
"Kamu benar Sas, aku heran pada Sakura, kenapa dia mau bersahabat dengan orang sombong sepertimu ya?"
"Karena dia menyukaiku, bodoh!"
Hinata diam sebentar untuk mencerna kata-kata Sasuke, semua mulai terlihat masuk akal sekarang.
"Ber- berarti, dia marah karena cemburu padaku?" Hinata mengingat tadi Sasuke merangkul pundaknya.
"Hn."
"Apa harus ku kejar Sasu-kun? Aku merasa tidak enak padanya."
"Gak usah, aaa" Sasuke membuka mulutnya meminta Hinata menyuapi sisa takoyaki ke mulut Sasuke.
"Ni abisin semua nya. Dasar cowok gak punya perasaan!" Hinata memasukan tiga takoyaki sekaligus ke mulut Sasuke, sehingga mulut Sasuke langsung penuh dan hampir tersedak. Hinata melangkah pergi membawa botol minumnya meninggalkan Sasuke yang masih terbatuk dan butuh minum.
.
.
.
Mikoto meminta Sasuke dan Hinata menginap lagi di rumahnya selama 2 hari, karena Itachi dan keluarganya datang. Setelah menerima telepon dari Mikoto, Hinata menyerahkan tugas di cafetaria kepada Tenten, sahabat Hinata yang juga bekerja di cafetaria itu.
"Moshi moshi, Sasu-kun!" Hinata menelepon sebelum berangkat ke rumah Mikoto
"Apa?" Sasuke to the point.
"Apa mama sudah meneleponmu?"
"Sudah, kamu pergi duluan saja, aku ada meeting, aku kesana sebelum makan malam." Sasuke langsung menutup teleponnya seperti biasa. Hinata berangkat ke rumah Mikoto menggunakan taksi.
.
.
"Mama! Hinata kangen sama Mama." Hinata memeluk Mikoto dengan erat.
"Ia sayang, Mama juga kangen sama kamu Hinata-chan." Mikoto membalas pelukan menantu kesayangannya. Dan mengajaknya ke ruang keluarga.
"Hinata-oneechan, Kazuma punya mainan bayu." Kazuma menarik tangan Hinata dan membawanya ke dekat mainannya. Diperlihatkannya mainan berupa robot gorila yang dapat berjalan sambil memukul-mukul dadanya.
Di sana ternyata ada Itachi, Izumi istrinya dan anak laki-laki berumur 3 tahun yang lucu bernama Kazuma.
"Itachi-nisan, kapan datang?" tanya Hinata
"Baru tadi pagi, Kazuma kangen sama Neneknya." Kata Itachi sambil melirik anak kesayangannya. "Dimana Baka Sasuke?"
"Dia sedang ada meeting penting, sebelum makan malam juga pulang."
"Ck, dasar baka Sasuke, selalu sibuk bekerja. Apa dia masih sering pulang tengah malam?" Itachi merasa beruntung Uchiha Corp di turunkan kepada Sasuke. Awalnya Fugaku memberikan semua saham Uchiha Corp pada Itachi, tapi Itachi menolak dan memilih menjadi dokter spesialis bedah di rumah sakit yang masih dalam naungan Uchiha Corp. Itachi hanya menginginkan rumah sakit itu, dan Sasuke dengan senang hati menerima semua sisa saham Uchiha Corp.
Hinata menggelengkan kepalanya. "Dia pulang sebelum makan malam, dia biasanya membawa pekerjaannya ke rumah, yang dikerjakan setelah dia selesai makan."
Itachi menggeleng tidak percaya, sasuke jarang membawa pekerjaannya ke rumah, dia lebih senang mengerjakannya di kantor sampai larut malam. Saat senggang pun biasanya Sasuke sering melewatkan makan malamnya untuk sekedar membaca buku di kamarnya.
Mereka mengobrol sampai menjelang sore, Itachi dan Mikoto menemani Kazuma bermain, sedangkan Izumi dan Hinata berada di dapur menyiapkan makan malam.
.
.
Sasuke datang tepat ketika Fugaku datang. semua sudah menunggu di meja makan. Mereka menyampirkan jas dan tas kantornya di sofa, dan menghampiri yang lain di meja makan.
Itachi tersenyum menggoda saat Sasuke mencium kening Hinata. Sasuke melakukan itu karena dia sering melihat Fugaku melakukan itu pada Mikoto saat pulang kerja. Sasuke langsung memberikan deathglare kepada Itachi. Hinata pun merona malu.
"Ternyata benar kata mama, kamu tambah gemuk Sasuke." Goda Itachi
"Urusai," Sasuke menatapnya tajam.
Mikoto, Izumi dan Hinata terkikik pelan, Fugaku hanya terdiam, Kazuma melamun tidak mengerti.
Hinata memberikan Sasuke nasi dan lauknya, tetapi Sasuke memintanya mengurangi porsi nasinya.
"Biasanya kan segini sasu-kun"
"Aku tidak terlalu lapar," kata Sasuke, itachi hanya menahan tawanya. Izumi menyenggol suaminya untuk diam.
Saat makan, Itachi selalu menggoda adiknya, Sasuke selalu menjawabnya dengan kata-kata tajam. Tetapi kata-kata tajam Sasuke rupanya tidak mempan pada Itachi.
Selesai makan, mereka berkumpul di ruang keluarga. Kazuma memamerkan robot gorilanya pada Sasuke.
"Kata papa, Goyila ini miyip Sasuke Ojiisan kalau sedang mayah." Kata-kata polos Kazuma membuat semua orang tertawa-tawa kecuali Sasuke yang wajahnya merah padam karena marah.
Bilang pada papa bakamu, dia yang lebih mirip gorila di bandingkan aku." kata Sasuke sebal sambil memberikan deathglare pada kakaknya, Itachi.
Semua mengobrol bersama sambil tertawa, sampai satu-persatu mengundurkan diri ke kamar untuk tidur.
.
.
Keesokan paginya, Hinata terbangun dan merasa tangan, perut dan kakinya terhimpit benda berat. Setelah kesadarannya kembali, dilihatnya Sasuke sedang memeluk dirinya. Kakinya menindih kaki Hinata, nafas Sasuke terasa di pipi Hinata. Membuat wajah Hinata memerah. Hinata ingin teriak, tetapi dirinya ingat, di sebelah kamar ini adalah kamar Itachi.
Hinata berusaha memindahkan tangan Sasuke yang lumayan berat, Sasuke terbangun dari tidurnya dan mengangkat kaki dan tangannya sendiri di badan Hinata. Sasuke lalu mengambil handphone di meja pinggir ranjang.
"Damn," Sasuke terlompat dari kasur setelah melihat jam di handphonenya dan segera ke kamar mandi. Hinata ikut melihat handphone miliknya untuk melihat jam, benar saja sekarang sudah pukul 6 pagi. Biasanya Sasuke bangun pukul 5 dan berangkat kerja pukul setengah 7, tapi karena jarak dari rumah Mikoto dan kantor lebih jauh, Sasuke harusnya bangun lebih pagi lagi.
"Hinata, tolong siapkan baju yang akan ku pakai kerja!" Pinta Sasuke dari kamar mandi. Hinata menurut dan menyiapkannya di atas kasur. Harusnya Hinata marah karena Sasuke seenaknya menindih tubuhnya, Hinata malah membantu Sasuke menyiapkan baju.
Akhirnya Hinata pergi ke dapur siapa tau ada yang bisa dibantunya, karena saat ini sarapan pasti sudah hampir siap. Dan dugaannya benar, semuanya telah siap, mereka semua menunggu Hinata dan Sasuke yang belum juga keluar dari kamar, membuat Hinata menunduk malu.
"Ma, Izumi-nechan maaf, Hinata gak bantuin, Hinata sama Sasuke telat bangun."
"Gak apa-apa sayang, mama ngemaklumin kalian kok." Mama tersenyum, seperti menyembunyikan sesuatu.
"Sasuke masih mandi ma. Mama kenapa ga bangunin Hinata sih?"
"Ngapain dibangunin, kalian masih keitung pengantin baru, nanti mama malah ngeganggu lagi." kata Mikoto dengan senyum menggoda menantunya.
"Ngeganggu apa ma? Gak ganggu kok." Hinata tidak mengerti.
Sasuke keluar dari kamarnya menghampiri yang lain di meja makan.
"Aku berangkat sekarang, Hime. Ada meeting pagi ini." Sasuke menatap Hinata.
"Gak akan sarapan dulu? Bekalnya belum aku siapkan Sasu-kun."
"Gak usah, lama!"
"Dasinya masih berantakan tu, Hinata tolong rapikan dasi suami mu dulu." pinta Mikoto.
Hinata menuruti Mikoto. Saat menghadap Sasuke, Hinata berekspresi cemberut.
"Baka ototou, tumben bisa telat bangun?" Itachi mulai menggoda adiknya lagi. Namun Sasuke tidak membalas ejekan kakaknya.
"Ia nih, Sasu-kun tumben telat, mana nindihin Hinata lagi. Kan berat." Hinata menimpali dengan polos. Wajah Sasuke sedikit memerah karena malu dan kesal karena kepolosan Hinata.
"Gara-gara kamu tidurnya mukulin terus, kalau nggak mukul, tendang, hampir jatuh dari ranjang, jadi aku jagain tangan sama kaki kamu, Hime." Sasuke setengah marah, mencubit pipi chubby Hinata. Hinata hanya mengaduh kesakitan. Mikoto, itachi, dan Izumi pun tertawa melihat Sasuke yang sangat berbeda dari biasanya. Fugaku hanya tersenyum melihat tingkah anaknya.
Sasuke yang merasa malu, memilih untuk segera berangkat ke kantornya.
.
.
.
Tbc
SasuHina - Matchmaking part 3
Baca juga di wattpad ya SasuHina - Matchmaking
"Teme, ayo kita pergi makan siang, ada toko ramen baru di sebelah kantor." ajak Naruto.
"Urusai Dobe, aku bawa bekal." jawab Sasuke tidak mengalihkan pandangannya dari laptopnya.
"Oh, ayolah, kamu ga pernah makan bersama kita lagi. Sakura menanyakanmu terus."
"Gak, pergi sana berdua!"
"Emang segimana enaknya sih masakan Hinata-chan? "
"Dia istriku Dobe! Jangan memanggilnya dengan tambahan chan!"
"Oh oke, boleh ku coba bekalmu sedikit?"
Sasuke yang terus diganggu Naruto pun terpaksa membuka bekalnya. Naruto terlihat meneteskan air liur menatap bento milik Sasuke. Naruto mulai mencicipi bento tersebut.
"Pantes, kamu gak mau makan diluar, teme!" Naruto terus menerus melahap bento milik Sasuke. "Ini enak banget."
Sasuke melihat bentonya tinggal setengah langsung menutup bekalnya dan menatap Naruto garang.
"Dobe! Cepat pergi atau aku potong gajimu." mendengar suara marah Sasuke, Naruto malah nyengir.
"Aku dan Sakura akan sering-sering datang ke rumah mu kalau begitu." Naruto segera pergi sebelum dilempar buku agenda milik Sasuke.
.
.
Keesokan harinya Naruto memaksa Sasuke untuk mengijinkannya main ke rumah. Sasuke terpaksa menerimanya dam segera menghubungi Hinata lewat pesan.
From : Sasuke
To : Hinata Hime
Subject : Makan malam
Hinata, Naruto dan Sakura temanku akan berkunjung, tolong siapkan makan malamnya.
From : Hinata Hime
To : Sasuke
Subject : re : makan malam
Aku akan segera siapkan, mereka ingin masakan apa Sas?
From : Sasuke
To : Hinata hime
Subject : makan
Siapkan apa saja yang kau bisa, karena Naruto makannya banyak!
.
.
Menjelang malam, Naruto, Sakura dan Sasuke pun akhirnya datang.
Setelah mempersilakan mereka masuk, Sakura membantu Hinata menyiapkan makanan sedangkan naruto dan Sasuke menonton TV.
"Kau benar-benar beruntung Teme, Hinata memang wanita yang sempurna."
"Diam kau, Dobe. Jangan melihatnya terus atau kuusir kau saat ini juga." kata Sasuke garang.
"Ooi, sabar Teme, Hinata memang milikmu. Aku sedang mengincar Sakura, kau tau? Dia sangat terpukul waktu mendengar pernikahanmu. Ini kesempatan besar untukku mendekatinya."
"Ck, aku tidak peduli." kata Sasuke sambil berjalan ke meja makan yamg terlihat sudah siap.
"Sasuke-kun, semenjak kau menikah, badanmu jadi lebih berisi ya." kata Sakura sambil tersenyum.
"Urusai Sakura!" Sasuke sebal karena banyak yang mengatainya lebih berisi.
"Apa kamu jarang olah raga sekarang? Aku tidak melihatmu lari pagi di tempat biasa?" Sasuke tidak menjawab pertanyaan Sakura, karena Hinata memberinya semangkuk penuh nasi.
"Sasuke makanmu banyak sekali." Sakura masih mencoba mengajak Sasuke berbicara, tetapi Sasuke tetap diam.
"Kamu harus coba masakan Hinata, Sakura. Masakannya sungguh enak." kata Naruto mencoba mengalihkan pembicaraan. Hinata tersipu mendengar pujian dari Naruto membuat Sasuke memandang tajam ke Naruto. Sakura tampak acuh.
"Ini enak sekali Sasuke, Istrimu memang jago memasak." Sakura tetap berusaha.
"Hn."
"Mau tambah lagi Sakura-san?" tanya Hinata mencoba ramah.
"Gak usah," Jawab Sakura ketus, namun Hinata yang cuek tidak terlalu mempermasalahkannya.
"Sasuke-kun, kau ingat seminggu lalu kau mengantarku ke rumah, kau meninggalkan ballpoint mu di rumahku."
"Aku juga meninggalkan Jas ku di rumah mu Sakura-chan." kata Naruto.
"Apa kau akan mengambilnya hari ini?" Sakura tetap mengarahkan pembicaraan untuk Sasuke dan mengacuhkan Naruto.
Sasuke mulai risih dengan tingkah Sakura yang selalu mengajaknya bicara.
"Bawa saja besok ke kantor Sakura." Sasuke mengalihkan pandangannya ke Hinata. "Arigatou Hime, masakanmu enak sekali." Sasuke tiba-tiba mencium pipi Hinata membuat Hinata bersemu kembali.
"Sasuke, mulut mu masih bau kari!" Hinata mengelap pipinya lalu mencubit pinggang Sasuke. Sasuke tersenyum melihat Hinata cemberut.
Melihat keakraban mereka membuat Sakura sebal dan menyerah mengajak Sasuke berbicara.
Setelah acara makan malam selesai Naruto dan Sakura pun pamit.
"Hinata-chan, boleh kah aku datang berkunjung lagi?"
"Bo - boleh tentu saja," jawab Hinata.
Sasuke yang kesal dengan tingkah Naruto yang menggoda istrinya. Sasuke merangkul Hinata dengan sikap protektif, Hinata yang dalam mode pura-pura menjadi istri yang baik membalas merangkul pinggang Sasuke.
"Naru, cepat kita pulang, aku sudah mengantuk." Sakura menarik lengan kemeja Naruto.
"Ia, baiklah Sakura-chan. Teme, Hinata-chan aku pamit dulu ya."
Sasuke benar-benar ingin menutup mulut Naruto dengan sharingan.
"Teme, ayo kita pergi makan siang, ada toko ramen baru di sebelah kantor." ajak Naruto.
"Urusai Dobe, aku bawa bekal." jawab Sasuke tidak mengalihkan pandangannya dari laptopnya.
"Oh, ayolah, kamu ga pernah makan bersama kita lagi. Sakura menanyakanmu terus."
"Gak, pergi sana berdua!"
"Emang segimana enaknya sih masakan Hinata-chan? "
"Dia istriku Dobe! Jangan memanggilnya dengan tambahan chan!"
"Oh oke, boleh ku coba bekalmu sedikit?"
Sasuke yang terus diganggu Naruto pun terpaksa membuka bekalnya. Naruto terlihat meneteskan air liur menatap bento milik Sasuke. Naruto mulai mencicipi bento tersebut.
"Pantes, kamu gak mau makan diluar, teme!" Naruto terus menerus melahap bento milik Sasuke. "Ini enak banget."
Sasuke melihat bentonya tinggal setengah langsung menutup bekalnya dan menatap Naruto garang.
"Dobe! Cepat pergi atau aku potong gajimu." mendengar suara marah Sasuke, Naruto malah nyengir.
"Aku dan Sakura akan sering-sering datang ke rumah mu kalau begitu." Naruto segera pergi sebelum dilempar buku agenda milik Sasuke.
.
.
Keesokan harinya Naruto memaksa Sasuke untuk mengijinkannya main ke rumah. Sasuke terpaksa menerimanya dam segera menghubungi Hinata lewat pesan.
From : Sasuke
To : Hinata Hime
Subject : Makan malam
Hinata, Naruto dan Sakura temanku akan berkunjung, tolong siapkan makan malamnya.
From : Hinata Hime
To : Sasuke
Subject : re : makan malam
Aku akan segera siapkan, mereka ingin masakan apa Sas?
From : Sasuke
To : Hinata hime
Subject : makan
Siapkan apa saja yang kau bisa, karena Naruto makannya banyak!
.
.
Menjelang malam, Naruto, Sakura dan Sasuke pun akhirnya datang.
Setelah mempersilakan mereka masuk, Sakura membantu Hinata menyiapkan makanan sedangkan naruto dan Sasuke menonton TV.
"Kau benar-benar beruntung Teme, Hinata memang wanita yang sempurna."
"Diam kau, Dobe. Jangan melihatnya terus atau kuusir kau saat ini juga." kata Sasuke garang.
"Ooi, sabar Teme, Hinata memang milikmu. Aku sedang mengincar Sakura, kau tau? Dia sangat terpukul waktu mendengar pernikahanmu. Ini kesempatan besar untukku mendekatinya."
"Ck, aku tidak peduli." kata Sasuke sambil berjalan ke meja makan yamg terlihat sudah siap.
"Sasuke-kun, semenjak kau menikah, badanmu jadi lebih berisi ya." kata Sakura sambil tersenyum.
"Urusai Sakura!" Sasuke sebal karena banyak yang mengatainya lebih berisi.
"Apa kamu jarang olah raga sekarang? Aku tidak melihatmu lari pagi di tempat biasa?" Sasuke tidak menjawab pertanyaan Sakura, karena Hinata memberinya semangkuk penuh nasi.
"Sasuke makanmu banyak sekali." Sakura masih mencoba mengajak Sasuke berbicara, tetapi Sasuke tetap diam.
"Kamu harus coba masakan Hinata, Sakura. Masakannya sungguh enak." kata Naruto mencoba mengalihkan pembicaraan. Hinata tersipu mendengar pujian dari Naruto membuat Sasuke memandang tajam ke Naruto. Sakura tampak acuh.
"Ini enak sekali Sasuke, Istrimu memang jago memasak." Sakura tetap berusaha.
"Hn."
"Mau tambah lagi Sakura-san?" tanya Hinata mencoba ramah.
"Gak usah," Jawab Sakura ketus, namun Hinata yang cuek tidak terlalu mempermasalahkannya.
"Sasuke-kun, kau ingat seminggu lalu kau mengantarku ke rumah, kau meninggalkan ballpoint mu di rumahku."
"Aku juga meninggalkan Jas ku di rumah mu Sakura-chan." kata Naruto.
"Apa kau akan mengambilnya hari ini?" Sakura tetap mengarahkan pembicaraan untuk Sasuke dan mengacuhkan Naruto.
Sasuke mulai risih dengan tingkah Sakura yang selalu mengajaknya bicara.
"Bawa saja besok ke kantor Sakura." Sasuke mengalihkan pandangannya ke Hinata. "Arigatou Hime, masakanmu enak sekali." Sasuke tiba-tiba mencium pipi Hinata membuat Hinata bersemu kembali.
"Sasuke, mulut mu masih bau kari!" Hinata mengelap pipinya lalu mencubit pinggang Sasuke. Sasuke tersenyum melihat Hinata cemberut.
Melihat keakraban mereka membuat Sakura sebal dan menyerah mengajak Sasuke berbicara.
Setelah acara makan malam selesai Naruto dan Sakura pun pamit.
"Hinata-chan, boleh kah aku datang berkunjung lagi?"
"Bo - boleh tentu saja," jawab Hinata.
Sasuke yang kesal dengan tingkah Naruto yang menggoda istrinya. Sasuke merangkul Hinata dengan sikap protektif, Hinata yang dalam mode pura-pura menjadi istri yang baik membalas merangkul pinggang Sasuke.
"Naru, cepat kita pulang, aku sudah mengantuk." Sakura menarik lengan kemeja Naruto.
"Ia, baiklah Sakura-chan. Teme, Hinata-chan aku pamit dulu ya."
Sasuke benar-benar ingin menutup mulut Naruto dengan sharingan.
.
.
.
Sasuke mengajak Hinata untuk pergi acara pertunangan Shikamaru dengan Ino, Shikamaru adalah teman sekaligus penasihat keuangan terbaik dari Uchiha Corp.
Sehari sebelum acara pertunangan Shikamaru, Hinata ditemani asistennya Sasuke, Karin untuk membeli gaun baru.
Hinata sebenarnya enggan membeli gaun lagi, karena di lemarinya sudah berisikan banyak gaun mewah berbagai model dan merek. Hinata mendapatkannya ketika dia pindah ke rumah Sasuke. Tetapi gaun itu tidak pernah dipakainya malah masih terbungkus rapi belum pernah keluar dari pembungkusnya.
Tetapi Sasuke tetap memaksa Hinata untuk membeli yang baru.
Mereka memilih gaun di butik terkenal. Hinata memilih gaun selutut berwarna ungu dengan V neck dan sedikit corak bunga berwarna biru tua dan sepasang sepatu berhak rendah berwarna biru tua.
Hinata juga melihat setelan jas, kemeja berwarna biru muda dan dasi ungu dengan jas biru tua untuk Sasuke yang serasi dengan gaun Hinata. Hinata mengirimi Sasuke pesan
From : Hinata
To : Sasuke
Subject : Jas
Sas, kamu udah maksa aku beli gaun baru untuk acara pesta nanti, jadi aku juga maksa kamu buat pake jas yang aku beli ya.
From : Sasuke
To : Hinata
Subject : re : jas
Terserah!
Hinata mencemberutkan bibirnya. Sasuke sedang tidak bisa di ajak ngobrol rupanya.
Hinata mencoba gaun tersebut di fitting room. Hinata terlihat manis saat memakainya.
"Kau sangat cantik Hinata-san." puji Karin.
"Te- terima Kasih, Karin-san." kata Hinata tersipu malu.
.
.
Keesokan harinya Karin kembali menjemput Hinata.
"Sesuai perintah tuan Uchiha, saya akan mengantar Anda ke salon milik tuan Uchiha. "
"Aku tidak bisa dandan sendiri saja?"
"Tuan Uchiha ingin menunjukkan salon itu kepada Anda, Hinata-san."
Hinata pun terpaksa menyetujuinya walaupun Hinata malas berlama-lama di salon.
Karin membawa Hinata ke salon tersebut. Hinata akan di dandani seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai kuku kaki. Hinata tidak suka hal seperti ini, karena menurutnya hanya membuang waktu saja.
Karin diminta kembali ke kantor karena tugasnya mengantarkan Hinata telah selesai. Sasuke akan menjemputnya dengan bila Hinata telah selesai di dandani.
Sasuke datang ke salon dengan jas yang di pilihkan oleh Hinata. Dia terlihat sangat tampan. Tetap dengan wajah datarnya.
Seorang pelayan meminta Sasuke mengikutinya ke tempat Hinata selesai di dandani.
Sasuke tertegun begitu melihat Hinata. Dandanannya simpel, rambutnya diikal dan dicepol kebelakang dengan sisi rambutnya dibiarkan terurai di kedua pipinya. Gaunnya pun terlihat sangat pas di tubuh Hinata yang mungil namun sedikit berisi.
"Bagaimana menurut Anda, Uchiha-Sama?" tanya seorang stylist yang merubah penampilan Hinata.
"Hn." jawab Sasuke tanpa mengalihkan tatapannya pada Hinata.
"Nyonya Uchiha sudah cantik dari awal, sehingga kami hanya melakukan perubahan sedikit saja." kata Stylist itu bangga dengan hasil karyanya yang membuat Sasuke tidak berkedip sedikit pun.
Para pekerja di salon itu meninggalkan mereka berdua.
"Sas, gimana? Aku aneh ya?" kata Hinata sambil melirik-lirik ke kaca.
Sasuke menghampiri Hinata, lalu menarik pinggangnya dan mengecup bibir Hinata yang terlihat menggoda. Hinata membelalakan matanya karena kaget. Tetapi Sasuke hanya tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa.
Hinata mengerucutkan bibirnya kesal, dia melihat di bibir Sasuke ada bekas lipstiknya yang tertinggal, Hinata secara refleks membersihkannya dengan ibu jarinya membuat wajah Sasuke ikut memerah.
"Bilang pada Stylist itu untuk mengganti lipstikmu menjadi lebih awet." Sasuke terlihat salah tingkah. Hinata memutar bola matanya kemudian menarik lengan Sasuke untuk segera pergi dari sana.
.
.
Di pesta, mereka memberi ucapan selamat pada Shikamaru dan Ino.
"Kalian benar-benar mengganggu Sasuke, aku yang punya acara disini, tapi kalian yang menarik perhatian tamu-tamuku." kata Shikamaru dengan wajah malasnya. Butuh waktu lama agar Hinata mengerti maksud perkataan shikamaru.
Para tamu undangan melirik sepasang pengantin muda yang terlihat sangat serasi. Hinata dengan wajah cantik, lembut dan terlihat manis sedangkan Sasuke dengan wajah tampan dan gayanya yang cool dan gagah.
Sasuke melihat banyak mata laki-laki yang memandang Hinata, membuatnya kesal dan mengaleng Hinata dengan erat. Sasuke mengajak Hinata berkenalan dengan rekan-rekan bisnisnya. Tetapi Hinata yang kurang tertarik dengan percakapan mereka yang berkutat seputar bisnis, berusaha mengundurkan diri ke toilet.
Setelah selesai di toilet, Hinata berjalan menunduk sambil mengeringkan tangannya yang basah dengan tisu, dia menabrak seseorang yang akan masuk ke toilet.
"Gome- Gaara?" Hinata terkaget.
"Hinata?" Gaara juga sama-sama kaget.
"Gaara-san? Kupikir kamu ada di London."
"Aku sudah kembali ke konoha sekarang. Bisa kita ngobrol-ngobrol dulu sebentar?" ajak Gaara, Hinata memandangi Sasuke yang masih asik mengobrol dengan rekan bisnisnya. Hinata mengiyakan, mereka berjalan bersama ke balkon.
"Kamu makin cantik Hinata."
"Terima Kasih Gaara-kun."
"Kudengar kamu sudah menikah dengan seorang Uchiha?"
"Benar, kamu sendiri sejak kapan ada di Konoha?"
"Sudah 2 tahun yang lalu, sekarang aku membuka bisnis perkebunan di Jepang."
"Kau hebat Gaa... " Hinata berhenti berbicara ketika sebuah jas tersandar di bahunya. Hinata menolehkan pandangannya.
"Apa aku mengganggu kalian?" tanya Sasuke sambil menatap Gaara tajam.
"Gak, Sasu-kun," Hinata tersenyum manis pada Sasuke "Kamu kenal dengan Gaara?" tanya Hinata antusias.
"Tidak."
"Kalau begitu kenalkan, ini Sabaku Gaara, dia teman e- Pacar pertamaku." kata-kata polos Hinata sukses membuat Sasuke bertambah tajam menatap Gaara. "Dan Gaara-san, ini Uchiha Sasuke, suamiku."
Mereka berjabat tangan dengan maksud saling tersembunyi.
"Kalau begitu aku pamit dulu." Gaara pun permisi karena aura yang kurang bersahabat menguar dari tubuh Sasuke.
"Kita pulang!" kata Sasuke ketus
"Tapi aku bel... "
"Pulang! Sekarang! " akhrnya Hinata pun menurut dengan wajah cemberut.
Sepanjang perjalanan pulang, Hinata mencoba mengajak Sasuke bicara tetapi tak ada satupun yang Sasuke jawab, membuat Hinata cemberut dan ikut terdiam.
.
.
.
Tbc
SasuHina - Matchmaking part 2
Bisa di buka juga di wattpad SasuHina - Matchmaking
3 Bulan dari pertemuan mereka, Sasuke dan Hinata akhirnya menikah.
Mikoto ingin acaranya di gelar besar-besaran, namun Sasuke dan Hinata menolak. Akhirnya pernikahan mereka diadakan sederhana, dengan dihadiri keluarga dan kerabat terdekat saja.
Mikoto terlihat bahagia dan Fugaku tetap dengan wajah datar yang diturunkannya pada Sasuke. Sasuke dan Hinata terpaksa berpura-pura menjadi pasangan yang berbahagia.
Sasuke menolak untuk berbulan madu, dengan alasan dia mendapat proyek besar dalam bisnisnya. Hinata sendiri tidak mempermasalahkannya karena toh bukan pernikahan sebenarnya.
"Hinata, besok bisa ikut aku?" Tanya Sasuke saat mereka sedang makan malam.
"Kemana Sasu-kun?"
"Kamu akan lihat nanti."
.
.
Keesokan harinya Sasuke membawa Hinata ke bangunan yang lumayan besar di tengah kota.
"Ini untuk cafetariamu, suka?" Tanya Sasuke, begitu mereka memasuki gedung yang masih kosong itu.
Hinata memandang ruangan tersebut dengan mata berbinar. Hinata dengan refleks memeluk Sasuke sebagai ucapan terima Kasih. Namun Hinata sadar dan segera melepas pelukannya.
"A- arigatou, Sasu-kun." wajah Hinata memerah malu, Sasuke masih dengan wajah datarnya mengajak Hinata berkeliling.
Hinata resmi keluar dari TK milik Mikoto. Dan sekarang Hinata sibuk merombak dan menghias cafetarianya.
Dia menambahkan beberapa pajangan dan ornamen lucu, sehingga ruangan yang tadinya sepi menjadi indah dan manis.
Sebulan setelahnya, cafetaria milik Hinata pun akhirnya resmi dibuka.
Meski Hinata pemilik cafetaria, Hinata selalu membantu memasak masakan yang akan dijualnya.
Hinata sangat menyukai memasak, Hinata ingin masakannya dapat dicicipi oleh orang lain.
Saking sukanya Hinata pada memasak, Hinata mencantumkan peraturan dalam kontraknya agar Sasuke minimal 5 kali dalam seminggu harus makan malam di rumah. Sasuke harus selalu sarapan dan mendapat bekal makan siang dari Hinata.
Sasuke yang awalnya merasa keberatan akhirnya menyetujui peraturan itu. Karena biasanya Sasuke sering melewatkan makan malamnya hanya untuk mengerjakan pekerjaannya di kantor. Sasuke akhirnya menyetujui asalkan masakan yang dibuat tidak manis dan tidak mengandung jenis makanan yang tidak disukainya.
"Ini bekal buat kamu Sas." Hinata memberikan sekotak bento pada sasuke yang hampir habis melahap sarapannya.
"Hn" jawab Sasuke, dia melihat masih ada satu kotak bekal lagi yang dipegang Hinata. "Untuk siapa?"
Hinata melihat arah pandang Sasuke.
"Oh ini, ini buat Mama. Mama katanya ga enak badan, jadi aku mau menjenguk sekalian anterin ini ke rumahnya." Mikoto meminta Hinata memanggilnya mama setelah mereka menikah.
Sasuke kini mengerti mengapa mamanya sangat menyayangi Hinata.
"Tunggu disana, biar aku jemput."
"Sasu-kun mau ngejenguk juga?"
"Hn,"
"Siap Sasu-kun." Hinata tersenyum sambil memberi hormat kepada Sasuke. Sasuke melanjutkan makannya dengan tenang.
.
.
.
Hinata datang ke rumah Mikoto menggunakan taksi, disana hanya ada Mikoto dan para pelayannya. Fugaku sedang bekerja di luar kota. Keluarga kecil itachi juga tampaknya tidak datang.
Hinata menemani Mikoto di kamarnya. Mikoto sangat menyukai masakan Hinata.
"Masakan kamu enak banget Hinata."
"Makasih, ma." Hinata tersenyum senang.
"Sasuke seneng ga sama masakan kamu? Masakan kamu sedikit manis loh"
"Dia gak pernah komentar apa-apa sih ma, tapi makanannya abis terus kok." mendengar kata Hinata barusan, membuat Mikotonya menghela nafas lega. Hinata heran melihatnya.
"Itu artinya dia suka masakan kamu. Kalau dia gak suka, biasanya suka gak pernah abis, malah gak pernah disentuh." Hinata ikut tersenyum mendengarnya.
Hinata menemani Mikoto mengobrol sampai menjelang sore. Saat Mikoto istirahat, Hinata pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam sambil menunggu Sasuke. Menjelang malam Mikoto bangun dan membantu Hinata menyiapkan makan malam di meja.
Biasanya hal ini dilakukan pelayan, tapi Hinata bersikeras melakukannya sendiri, akhirnya Mikoto pun ikut membantu.
"Tadaima," kata Sasuke masuk ke ruang makan, Sasuke langsung menghampiri Hinata dan mencium keningnya.
"O- ok- okaeri, Sasu-kun" kata Hinata malu, dia baru pertama kali dicium seperti itu. Biasanya Sasuke langsung ke kamarnya, dan keluar setelah makan malam siap. Namun hinata harus berpura-pura terbiasa. Mikoto hanya tersenyum melihat tingkah anak dan menantunya.
"Siapa yang masak?" tanya Sasuke
"Siapa lagi kalau bukan istri kamu Sasuke." jawab Mikoto, hari ini masakannya semua kesukaan Sasuke. Sasuke menikmati dengan menghirup aroma masakannya, tetapi tetap dengan wajah datarnya.
Hinata menyiapkan nasi dan lauk untuk Sasuke. Sasuke tetap berwajah datar menghabiskan seluruh makanan yang disajikan, padahal Mikoto yakin semua melebihi porsi Sasuke yang biasanya.
"Kamu terlihat lebih berisi Sasuke." kata Mikoto menggoda anaknya. Sasuke terlihat salah tingkah dan Hinata berusaha menahan gelak tawa mendengarnya.
"Mama ingin kalian menginap disini malam ini."
Hinata yang sedang minum menjadi tersedak, 'itu berarti harus sekamar dengan Sasuke' pikir Hinata.
Hinata menatap Sasuke berharap dia menolak permintaan mamanya. Tapi Sasuke mengiyakan dengan cepat.
"Kamar kamu masih belum di rubah, mereka hanya membersihkan sprei dan debunya saja."
"Hn, Aku pergi kamar dulu." kata Sasuke sambil membawa jas dan tas kantornya ke kamar.
"Ma, Hinata nyusul Sasu-kun dulu ya." Hinata pamit ke kamarnya.
"Sas, kenapa kamu ga nolak aja sih?" tanya Hinata setelah sampai di kamar. Di kamar itu aroma Sasuke tercium di mana-mana, aromanya citrus yang elegan dan menenangkan, sama seperti kamar Sasuke di rumah mereka.
Sasuke mengacuhkan Hinata. Dia membuka lemari untuk mencari baju tidur.
"Kamu tau kan, itu artinya kita harus tidur seka-"
"Tenang, aku tidak akan melakukan apa-apa." kata Sasuke sambil membuka kemejanya, terlihat lah dada sixpack Sasuke yang sedikit lebih berisi. Hinata segera sadar dan menutup mata dengan kedua tangannya. Sasuke melihatnya dan hanya tersenyum, lalu mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
"Sas, aku gak punya baju ganti." teriak Hinata saat suara shower mulai berbunyi.
"Pakai aja yang ada di lemari." balas Sasuke.
Hinata mencari baju yang bisa dia pakai di lemari. Akhirnya Hinata menemukan kaos kebesaran dan celana pendek milik Sasuke. Aroma Sasuke menguar di baju nya itu, Hinata menyukai aromanya.
Sasuke keluar dari kamar mandi pas setelah Hinata berganti pakaian. Hinata melihat Sasuke hanya mengenakan handuk di pinggang sampai ke lutut. Muka Hinata langsung merah. Dia langsung berbaring membelakangi Sasuke.
Dengan santai Sasuke mengganti bajunya. Setelah mengganti baju, Sasuke beranjak ke kasur. Dia mendengar nafas Hinata yang mulai teratur.
Malam hari, Sasuke terbangun karena mendengar bunyi gedebuk keras, Sasuke segera mencari sumber suara, ternyata Hinata jatuh dari ranjang.
"Aduh," Hinata mengelus keningnya yang terbentur lantai. Sambil kembali beranjak ke atas ranjang.
"Tidak apa-apa?" Sasuke bukannya khawatir malah tertawa melihat kejadian itu. Hinata hanya cemberut melihat dirinya ditertawakan. Mereka pun tidur kembali.
.
.
Besok paginya, saat sarapan, Mikoto memandangi kening Hinata
"Hinata, kenapa keningmu lebam begitu?"
Hinata hanya menunduk malu mendengar pertanyaan Mikoto. Sasuke yang jarang tersenyum kini tergelak. Hinata mencubit pinggang Sasuke karena malu. Mikoto heran memandangi mereka berdua.
"A-ano, tadi malam Hinata terjatuh dari ranjang ma." muka Hinata kini benar-benar merah.
"Udah jatuh, mukul, nendang lagi. Tidurnya lincah sih." Sasuke meneruskan.
"Makanya kamu jangan deket-deket!" Hinata mencoba membela diri.
"Kamu harusnya jagain Hinata biar ga jatoh Sasuke. Ambil salep anti memar gih di kotak P3K!"
Sasuke menuruti perintah mamanya dan mengolesi kening Hinata dengan salep anti lebam.
"Pelan dong Sas, sakit tau!" Hinata menjerit saat Sasuke menekan keningnya terlalu dalam.
Melihat kedekatan anaknya membuat Mikoto tersenyum. Hinata telah merubah Sasuke sedikit demi sedikit.
"Mama jadi pengen cepet liat cucu dari kalian deh."
"Kan udah dari baka Itachi." Sasuke langsung terdiam. Hinata menjadi salah tingkah.
"Memangnya kalian gak pengen punya anak dulu?"
"Se- segimana dikasihnya aja ma." kata Hinata malu,wajahnya memerah.
Sasuke mengajak Hinata cepat-cepat mengakhiri percakapan dengan kabur dari rumah Mikoto.
.
.
.
Tbc
3 Bulan dari pertemuan mereka, Sasuke dan Hinata akhirnya menikah.
Mikoto ingin acaranya di gelar besar-besaran, namun Sasuke dan Hinata menolak. Akhirnya pernikahan mereka diadakan sederhana, dengan dihadiri keluarga dan kerabat terdekat saja.
Mikoto terlihat bahagia dan Fugaku tetap dengan wajah datar yang diturunkannya pada Sasuke. Sasuke dan Hinata terpaksa berpura-pura menjadi pasangan yang berbahagia.
Sasuke menolak untuk berbulan madu, dengan alasan dia mendapat proyek besar dalam bisnisnya. Hinata sendiri tidak mempermasalahkannya karena toh bukan pernikahan sebenarnya.
"Hinata, besok bisa ikut aku?" Tanya Sasuke saat mereka sedang makan malam.
"Kemana Sasu-kun?"
"Kamu akan lihat nanti."
.
.
Keesokan harinya Sasuke membawa Hinata ke bangunan yang lumayan besar di tengah kota.
"Ini untuk cafetariamu, suka?" Tanya Sasuke, begitu mereka memasuki gedung yang masih kosong itu.
Hinata memandang ruangan tersebut dengan mata berbinar. Hinata dengan refleks memeluk Sasuke sebagai ucapan terima Kasih. Namun Hinata sadar dan segera melepas pelukannya.
"A- arigatou, Sasu-kun." wajah Hinata memerah malu, Sasuke masih dengan wajah datarnya mengajak Hinata berkeliling.
Hinata resmi keluar dari TK milik Mikoto. Dan sekarang Hinata sibuk merombak dan menghias cafetarianya.
Dia menambahkan beberapa pajangan dan ornamen lucu, sehingga ruangan yang tadinya sepi menjadi indah dan manis.
Sebulan setelahnya, cafetaria milik Hinata pun akhirnya resmi dibuka.
Meski Hinata pemilik cafetaria, Hinata selalu membantu memasak masakan yang akan dijualnya.
Hinata sangat menyukai memasak, Hinata ingin masakannya dapat dicicipi oleh orang lain.
Saking sukanya Hinata pada memasak, Hinata mencantumkan peraturan dalam kontraknya agar Sasuke minimal 5 kali dalam seminggu harus makan malam di rumah. Sasuke harus selalu sarapan dan mendapat bekal makan siang dari Hinata.
Sasuke yang awalnya merasa keberatan akhirnya menyetujui peraturan itu. Karena biasanya Sasuke sering melewatkan makan malamnya hanya untuk mengerjakan pekerjaannya di kantor. Sasuke akhirnya menyetujui asalkan masakan yang dibuat tidak manis dan tidak mengandung jenis makanan yang tidak disukainya.
"Ini bekal buat kamu Sas." Hinata memberikan sekotak bento pada sasuke yang hampir habis melahap sarapannya.
"Hn" jawab Sasuke, dia melihat masih ada satu kotak bekal lagi yang dipegang Hinata. "Untuk siapa?"
Hinata melihat arah pandang Sasuke.
"Oh ini, ini buat Mama. Mama katanya ga enak badan, jadi aku mau menjenguk sekalian anterin ini ke rumahnya." Mikoto meminta Hinata memanggilnya mama setelah mereka menikah.
Sasuke kini mengerti mengapa mamanya sangat menyayangi Hinata.
"Tunggu disana, biar aku jemput."
"Sasu-kun mau ngejenguk juga?"
"Hn,"
"Siap Sasu-kun." Hinata tersenyum sambil memberi hormat kepada Sasuke. Sasuke melanjutkan makannya dengan tenang.
.
.
.
Hinata datang ke rumah Mikoto menggunakan taksi, disana hanya ada Mikoto dan para pelayannya. Fugaku sedang bekerja di luar kota. Keluarga kecil itachi juga tampaknya tidak datang.
Hinata menemani Mikoto di kamarnya. Mikoto sangat menyukai masakan Hinata.
"Masakan kamu enak banget Hinata."
"Makasih, ma." Hinata tersenyum senang.
"Sasuke seneng ga sama masakan kamu? Masakan kamu sedikit manis loh"
"Dia gak pernah komentar apa-apa sih ma, tapi makanannya abis terus kok." mendengar kata Hinata barusan, membuat Mikotonya menghela nafas lega. Hinata heran melihatnya.
"Itu artinya dia suka masakan kamu. Kalau dia gak suka, biasanya suka gak pernah abis, malah gak pernah disentuh." Hinata ikut tersenyum mendengarnya.
Hinata menemani Mikoto mengobrol sampai menjelang sore. Saat Mikoto istirahat, Hinata pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam sambil menunggu Sasuke. Menjelang malam Mikoto bangun dan membantu Hinata menyiapkan makan malam di meja.
Biasanya hal ini dilakukan pelayan, tapi Hinata bersikeras melakukannya sendiri, akhirnya Mikoto pun ikut membantu.
"Tadaima," kata Sasuke masuk ke ruang makan, Sasuke langsung menghampiri Hinata dan mencium keningnya.
"O- ok- okaeri, Sasu-kun" kata Hinata malu, dia baru pertama kali dicium seperti itu. Biasanya Sasuke langsung ke kamarnya, dan keluar setelah makan malam siap. Namun hinata harus berpura-pura terbiasa. Mikoto hanya tersenyum melihat tingkah anak dan menantunya.
"Siapa yang masak?" tanya Sasuke
"Siapa lagi kalau bukan istri kamu Sasuke." jawab Mikoto, hari ini masakannya semua kesukaan Sasuke. Sasuke menikmati dengan menghirup aroma masakannya, tetapi tetap dengan wajah datarnya.
Hinata menyiapkan nasi dan lauk untuk Sasuke. Sasuke tetap berwajah datar menghabiskan seluruh makanan yang disajikan, padahal Mikoto yakin semua melebihi porsi Sasuke yang biasanya.
"Kamu terlihat lebih berisi Sasuke." kata Mikoto menggoda anaknya. Sasuke terlihat salah tingkah dan Hinata berusaha menahan gelak tawa mendengarnya.
"Mama ingin kalian menginap disini malam ini."
Hinata yang sedang minum menjadi tersedak, 'itu berarti harus sekamar dengan Sasuke' pikir Hinata.
Hinata menatap Sasuke berharap dia menolak permintaan mamanya. Tapi Sasuke mengiyakan dengan cepat.
"Kamar kamu masih belum di rubah, mereka hanya membersihkan sprei dan debunya saja."
"Hn, Aku pergi kamar dulu." kata Sasuke sambil membawa jas dan tas kantornya ke kamar.
"Ma, Hinata nyusul Sasu-kun dulu ya." Hinata pamit ke kamarnya.
"Sas, kenapa kamu ga nolak aja sih?" tanya Hinata setelah sampai di kamar. Di kamar itu aroma Sasuke tercium di mana-mana, aromanya citrus yang elegan dan menenangkan, sama seperti kamar Sasuke di rumah mereka.
Sasuke mengacuhkan Hinata. Dia membuka lemari untuk mencari baju tidur.
"Kamu tau kan, itu artinya kita harus tidur seka-"
"Tenang, aku tidak akan melakukan apa-apa." kata Sasuke sambil membuka kemejanya, terlihat lah dada sixpack Sasuke yang sedikit lebih berisi. Hinata segera sadar dan menutup mata dengan kedua tangannya. Sasuke melihatnya dan hanya tersenyum, lalu mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
"Sas, aku gak punya baju ganti." teriak Hinata saat suara shower mulai berbunyi.
"Pakai aja yang ada di lemari." balas Sasuke.
Hinata mencari baju yang bisa dia pakai di lemari. Akhirnya Hinata menemukan kaos kebesaran dan celana pendek milik Sasuke. Aroma Sasuke menguar di baju nya itu, Hinata menyukai aromanya.
Sasuke keluar dari kamar mandi pas setelah Hinata berganti pakaian. Hinata melihat Sasuke hanya mengenakan handuk di pinggang sampai ke lutut. Muka Hinata langsung merah. Dia langsung berbaring membelakangi Sasuke.
Dengan santai Sasuke mengganti bajunya. Setelah mengganti baju, Sasuke beranjak ke kasur. Dia mendengar nafas Hinata yang mulai teratur.
Malam hari, Sasuke terbangun karena mendengar bunyi gedebuk keras, Sasuke segera mencari sumber suara, ternyata Hinata jatuh dari ranjang.
"Aduh," Hinata mengelus keningnya yang terbentur lantai. Sambil kembali beranjak ke atas ranjang.
"Tidak apa-apa?" Sasuke bukannya khawatir malah tertawa melihat kejadian itu. Hinata hanya cemberut melihat dirinya ditertawakan. Mereka pun tidur kembali.
.
.
Besok paginya, saat sarapan, Mikoto memandangi kening Hinata
"Hinata, kenapa keningmu lebam begitu?"
Hinata hanya menunduk malu mendengar pertanyaan Mikoto. Sasuke yang jarang tersenyum kini tergelak. Hinata mencubit pinggang Sasuke karena malu. Mikoto heran memandangi mereka berdua.
"A-ano, tadi malam Hinata terjatuh dari ranjang ma." muka Hinata kini benar-benar merah.
"Udah jatuh, mukul, nendang lagi. Tidurnya lincah sih." Sasuke meneruskan.
"Makanya kamu jangan deket-deket!" Hinata mencoba membela diri.
"Kamu harusnya jagain Hinata biar ga jatoh Sasuke. Ambil salep anti memar gih di kotak P3K!"
Sasuke menuruti perintah mamanya dan mengolesi kening Hinata dengan salep anti lebam.
"Pelan dong Sas, sakit tau!" Hinata menjerit saat Sasuke menekan keningnya terlalu dalam.
Melihat kedekatan anaknya membuat Mikoto tersenyum. Hinata telah merubah Sasuke sedikit demi sedikit.
"Mama jadi pengen cepet liat cucu dari kalian deh."
"Kan udah dari baka Itachi." Sasuke langsung terdiam. Hinata menjadi salah tingkah.
"Memangnya kalian gak pengen punya anak dulu?"
"Se- segimana dikasihnya aja ma." kata Hinata malu,wajahnya memerah.
Sasuke mengajak Hinata cepat-cepat mengakhiri percakapan dengan kabur dari rumah Mikoto.
.
.
.
Tbc
SasuHina - Matchmaking Part 1
Orang-orangnya punya Om Masashi Kishimoto
Om pinjem karakternya ya...
Kalian juga bisa liat di wattpad sasuhina-matchmaking
.
.
.
"Enggak!" Sasuke menahan amarahnya pada Mikoto mamanya.
Jelas Sasuke marah, karena mamanya menjodohkan Sasuke dengan gadis yang bekerja di tempat mamanya.
Uchiha Sasuke pewaris Uchiha Corp yang megang saham paling banyak di jepang, tetapi sebagai pewaris saham terbesar, Sasuke sangat sibuk dan tidak pernah terlihat membawa wanita ke depan mamanya. Mamanya khawatir kalau Sasuke tidak ada yang mengurus dan menjadi kurang sehat.
Untungnya di sekolah TK nya, mikoto yang sebagai ketua yayasan di TK tersebut melihat Hyuuga Hinata, guru TK yang manis, pemalu, penurut, dan pintar memasak.
Mikoto berniat menjodohkan Sasuke dengan Hinata. Apalagi Hinata hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat Hinata berusia masih belia.
"Kamu udah hampir kepala 3 Sasuke, mama takut kamu gak laku!"
"Ma, yang ngejar Sasuke banyak, Aku nya aja yang gak mau!"
"Makanya bawa salah satunya ke mama, biar mama yang pilihin buat kamu." mamanya gak mau kalah. Fugaku papa Sasuke hanya mengerutkan kening mendengar percakapan mereka.
Sasuke terdiam, memang banyak gadis yang mau dengannya, karena wajahnya yang tampan, kepribadiannya yang cool, dan hartanya yang melimpah, tapi Sasuke memang tidak punya wanita yang cocok dibawa ke depan mamanya.
"Pokoknya besok jemput mama, mama akan kenalkan kamu dengan Hinata besok!" adu mulut antara ibu dan anak akhirnya dimenangkan oleh mikoto. Sasuke langsung pulang ke apartemennya sambil mendecih.
.
.
Hinata tidak menyangka dirinya akan dijodohkan dengan anak Mikoto, kepala sekolah sekaligus pemegang yayasan yang terkenal paling elit se Jepang.
Hinata sendiri senang mengajar murid TK disana, selain jam kerjanya yang sedikit, gajinya juga lumayan besar diantara guru-guru TK disekolah lain. Banyak yang ingin masuk ke sekolah tersebut untuk mengajar, sehingga saling menjatuhkan sudah biasa disana. Untungnya Hinata tidak perlu menjatuhkan teman-teman senasibnya, karena Mikoto sangat menyayangi Hinata. Mikoto memperlakukannya seperti anaknya sendiri, dan Hinata yang tidak punya orang tua, menganggap Mikoto sebagai mamanya.
Sebenarnya Hinata orang yang sangat cuek, suka melawan dan kekanak-kanakan, tetapi untuk dapat bekerja di tempat itu, hinata merubah image nya menjadi penurut dan pemalu. Dan untuk masalah perjodohan, hinata sebenarnya tidak mau, tapi karena takut kehilangan sosok mama dan kehilangan pekerjaannya, Hinata terpaksa menurut.
.
.
Sesuai perjanjian, Sasuke menjemput mamanya. Walaupun tidak suka, bagi Sasuke menepati janji adalah hal yang paling penting, sehingga para investor sangat mempercayai Sasuke.
Mikoto dan Hinata sudah menunggu di depan gerbang, mereka lalu pergi ke kafe dekat sekolah.
"Sasuke, ini Hyuuga Hinata yang mama bicarain kemarin, dan Hinata ini Sasuke anak bungsu ibu." Mikoto memperkenalkan keduanya setelah mereka duduk. Hinata tersenyum malu pada Sasuke, tapi Sasuke langsung memandang Hinata dengan sebelah mata.
"Kamu pasti cuma mau Harta Uchiha kan?" Sasuke berbicara to the point, membuat Hinata dan Mikoto melongo tak percaya. Mikoto langsung menampar Sasuke, semua pengunjung restaurant memandang mereka dengan tatapan heran. Hinata makin melongo melihat kejadian itu. Dia hendak keluar kafe tetapi tangannya di pegang Mikoto.
"Dari mana kata-kata itu? Pantas gak ada wanita yang mau sama kamu Sasuke!" Mikoto marah besar. Wajahnya merah padam. Dia tidak ingat kalau mereka sedang di dalam kafe. Hinata hanya diam, bingung lebih tepatnya.
"Pokoknya mama gak mau tau pernikahan ini harus secepatnya berlangsung." Mikoto menarik tangan Hinata keluar. Hinata menjadi tambah tidak punya alasan untuk menolak kemauan keras Mikoto.
.
.
.
Pulang Hinata mengajar TK, Sasuke diam di depan mobilnya di gerbang sekolah. Sasuke langsung menarik tangan Hinata dengan paksa ke mobilnya sebelum mamanya melihat. Mereka pergi ke kafe yang lumayan jauh dari TK itu.
"Maaf, kata-kataku kasar kemarin," kata Sasuke setelah pesanan mereka diantarkan oleh pelayan kafe. "Tapi aku benar-benar tidak suka perjodohan ini."
Hinata langsung memasang wajah aslinya, harga dirinya tidak mau dijatuhkan lagi.
"Aku juga gak mau perjodohan ini. Apalagi sama orang jahat kaya kamu." Hinata memandang tidak suka.
"Bagus, berarti kita sama." Sasuke tidak peduli dengan tatapan Hinata. "Tapi mama tidak pernah bisa dibantah, dia sepertinya sayang banget sama kamu."
Hinata mengangguk setuju dengan kata-kata Sasuke yang di akuinya sangat benar. Mereka sama-sama tau kalau Mikoto orang yang baik tetapi jika berkeinginan sesuatu, akan sangat sulit untuk ditolak.
Sasuke mengeluarkan dua buah kertas dari tas kantornya dan dua buah ballpoint. Hinata penasaran dengan apa yang dibawa Sasuke.
"Ini kontrak pernikahan. Kita akan berpura-pura menikah selama dua taun, setelahnya kita bercerai."
Hinata terkejut, dia kira hal ini cuma ada di novel atau manga yang suka dibacanya. Ternyata dia sendiri akan mengalaminya.
"Apa setelah bercerai aku masih bisa ketemu ibu?" Hinata khawatir kehilangan sosok mama yang disayangi nya.
Sasuke sedikit terkesima dengan pertanyaan Hinata, tetapi sasuke tidak menjawab. Hinata memang benar-benar menyayangi Mikoto.
"Sebagai bayaran, rumah yang akan kita tempati akan jadi milikmu, dan kudengar kamu ingin membuka cafetaria?" Sasuke menawarkan bayaran.
Hinata tergoda akan cafetaria yang memang dia inginkan dari dulu. Ia sangat hobi memasak. Hinata mengangguk dengan ragu.
"Peraturan selama menikah bisa kita rundingkan lain kali, sekarang tanda tangan ini, bila kamu setuju." Sasuke memberikan kertas dan ballpoint kepada Hinata.
Mereka menandatangani kedua surat itu bersama-sama. Dan seminggu kemudian mereka bertemu lagi untuk membicarakan aturan-aturan selama mereka menikah.
.
.
.
Tbc
Om pinjem karakternya ya...
Kalian juga bisa liat di wattpad sasuhina-matchmaking
.
.
.
"Enggak!" Sasuke menahan amarahnya pada Mikoto mamanya.
Jelas Sasuke marah, karena mamanya menjodohkan Sasuke dengan gadis yang bekerja di tempat mamanya.
Uchiha Sasuke pewaris Uchiha Corp yang megang saham paling banyak di jepang, tetapi sebagai pewaris saham terbesar, Sasuke sangat sibuk dan tidak pernah terlihat membawa wanita ke depan mamanya. Mamanya khawatir kalau Sasuke tidak ada yang mengurus dan menjadi kurang sehat.
Untungnya di sekolah TK nya, mikoto yang sebagai ketua yayasan di TK tersebut melihat Hyuuga Hinata, guru TK yang manis, pemalu, penurut, dan pintar memasak.
Mikoto berniat menjodohkan Sasuke dengan Hinata. Apalagi Hinata hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat Hinata berusia masih belia.
"Kamu udah hampir kepala 3 Sasuke, mama takut kamu gak laku!"
"Ma, yang ngejar Sasuke banyak, Aku nya aja yang gak mau!"
"Makanya bawa salah satunya ke mama, biar mama yang pilihin buat kamu." mamanya gak mau kalah. Fugaku papa Sasuke hanya mengerutkan kening mendengar percakapan mereka.
Sasuke terdiam, memang banyak gadis yang mau dengannya, karena wajahnya yang tampan, kepribadiannya yang cool, dan hartanya yang melimpah, tapi Sasuke memang tidak punya wanita yang cocok dibawa ke depan mamanya.
"Pokoknya besok jemput mama, mama akan kenalkan kamu dengan Hinata besok!" adu mulut antara ibu dan anak akhirnya dimenangkan oleh mikoto. Sasuke langsung pulang ke apartemennya sambil mendecih.
.
.
Hinata tidak menyangka dirinya akan dijodohkan dengan anak Mikoto, kepala sekolah sekaligus pemegang yayasan yang terkenal paling elit se Jepang.
Hinata sendiri senang mengajar murid TK disana, selain jam kerjanya yang sedikit, gajinya juga lumayan besar diantara guru-guru TK disekolah lain. Banyak yang ingin masuk ke sekolah tersebut untuk mengajar, sehingga saling menjatuhkan sudah biasa disana. Untungnya Hinata tidak perlu menjatuhkan teman-teman senasibnya, karena Mikoto sangat menyayangi Hinata. Mikoto memperlakukannya seperti anaknya sendiri, dan Hinata yang tidak punya orang tua, menganggap Mikoto sebagai mamanya.
Sebenarnya Hinata orang yang sangat cuek, suka melawan dan kekanak-kanakan, tetapi untuk dapat bekerja di tempat itu, hinata merubah image nya menjadi penurut dan pemalu. Dan untuk masalah perjodohan, hinata sebenarnya tidak mau, tapi karena takut kehilangan sosok mama dan kehilangan pekerjaannya, Hinata terpaksa menurut.
.
.
Sesuai perjanjian, Sasuke menjemput mamanya. Walaupun tidak suka, bagi Sasuke menepati janji adalah hal yang paling penting, sehingga para investor sangat mempercayai Sasuke.
Mikoto dan Hinata sudah menunggu di depan gerbang, mereka lalu pergi ke kafe dekat sekolah.
"Sasuke, ini Hyuuga Hinata yang mama bicarain kemarin, dan Hinata ini Sasuke anak bungsu ibu." Mikoto memperkenalkan keduanya setelah mereka duduk. Hinata tersenyum malu pada Sasuke, tapi Sasuke langsung memandang Hinata dengan sebelah mata.
"Kamu pasti cuma mau Harta Uchiha kan?" Sasuke berbicara to the point, membuat Hinata dan Mikoto melongo tak percaya. Mikoto langsung menampar Sasuke, semua pengunjung restaurant memandang mereka dengan tatapan heran. Hinata makin melongo melihat kejadian itu. Dia hendak keluar kafe tetapi tangannya di pegang Mikoto.
"Dari mana kata-kata itu? Pantas gak ada wanita yang mau sama kamu Sasuke!" Mikoto marah besar. Wajahnya merah padam. Dia tidak ingat kalau mereka sedang di dalam kafe. Hinata hanya diam, bingung lebih tepatnya.
"Pokoknya mama gak mau tau pernikahan ini harus secepatnya berlangsung." Mikoto menarik tangan Hinata keluar. Hinata menjadi tambah tidak punya alasan untuk menolak kemauan keras Mikoto.
.
.
.
Pulang Hinata mengajar TK, Sasuke diam di depan mobilnya di gerbang sekolah. Sasuke langsung menarik tangan Hinata dengan paksa ke mobilnya sebelum mamanya melihat. Mereka pergi ke kafe yang lumayan jauh dari TK itu.
"Maaf, kata-kataku kasar kemarin," kata Sasuke setelah pesanan mereka diantarkan oleh pelayan kafe. "Tapi aku benar-benar tidak suka perjodohan ini."
Hinata langsung memasang wajah aslinya, harga dirinya tidak mau dijatuhkan lagi.
"Aku juga gak mau perjodohan ini. Apalagi sama orang jahat kaya kamu." Hinata memandang tidak suka.
"Bagus, berarti kita sama." Sasuke tidak peduli dengan tatapan Hinata. "Tapi mama tidak pernah bisa dibantah, dia sepertinya sayang banget sama kamu."
Hinata mengangguk setuju dengan kata-kata Sasuke yang di akuinya sangat benar. Mereka sama-sama tau kalau Mikoto orang yang baik tetapi jika berkeinginan sesuatu, akan sangat sulit untuk ditolak.
Sasuke mengeluarkan dua buah kertas dari tas kantornya dan dua buah ballpoint. Hinata penasaran dengan apa yang dibawa Sasuke.
"Ini kontrak pernikahan. Kita akan berpura-pura menikah selama dua taun, setelahnya kita bercerai."
Hinata terkejut, dia kira hal ini cuma ada di novel atau manga yang suka dibacanya. Ternyata dia sendiri akan mengalaminya.
"Apa setelah bercerai aku masih bisa ketemu ibu?" Hinata khawatir kehilangan sosok mama yang disayangi nya.
Sasuke sedikit terkesima dengan pertanyaan Hinata, tetapi sasuke tidak menjawab. Hinata memang benar-benar menyayangi Mikoto.
"Sebagai bayaran, rumah yang akan kita tempati akan jadi milikmu, dan kudengar kamu ingin membuka cafetaria?" Sasuke menawarkan bayaran.
Hinata tergoda akan cafetaria yang memang dia inginkan dari dulu. Ia sangat hobi memasak. Hinata mengangguk dengan ragu.
"Peraturan selama menikah bisa kita rundingkan lain kali, sekarang tanda tangan ini, bila kamu setuju." Sasuke memberikan kertas dan ballpoint kepada Hinata.
Mereka menandatangani kedua surat itu bersama-sama. Dan seminggu kemudian mereka bertemu lagi untuk membicarakan aturan-aturan selama mereka menikah.
.
.
.
Tbc
Langganan:
Postingan (Atom)
Perbedaan Witch, Wizard dan Sorcerer
Kalian pasti sudah pernah nonton Harry potter kan? Perjalanan seorang anak berkacamata untuk menjadi seorang penyihir hebat yang mampu meng...

-
Sekarang kita mau bahas tentang tonari no kaibutsukun. Ceritanya komedi romantis Karakter cewenya disini dingin banget, tapi cowonya keliat...
-
Kalian pasti sudah pernah nonton Harry potter kan? Perjalanan seorang anak berkacamata untuk menjadi seorang penyihir hebat yang mampu meng...